Pertama, pendekatan ini mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap lingkungan sosial. Ketika siswa diajak membaca puisi yang berkaitan dengan realitas, mereka akan mulai melihat hubungan antara sastra dan kehidupan mereka sendiri.
Kedua, pendekatan mimetik bisa menumbuhkan empati. Membaca puisi yang bercerita tentang penderitaan orang lain membuat kita lebih bisa memahami rasa sakit, perjuangan, dan harapan manusia lain.
Ketiga, di ruang kelas, pendekatan ini membuat pembelajaran sastra lebih relevan dan bermakna. Guru bisa mengajak siswa berdiskusi tentang puisi yang menggambarkan masalah sosial---seperti kemiskinan, konflik, atau ketidakadilan. Ini bisa menjadi titik awal pembentukan karakter dan kesadaran sosial siswa.
Tak hanya itu, pendekatan ini juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Siswa belajar menafsirkan, mencari makna tersembunyi, dan mengaitkan puisi dengan kenyataan di sekitar mereka.
Kesimpulan
Puisi tak hanya soal rima dan majas. Ia bisa menjadi jembatan antara bahasa dan kenyataan. Dengan pendekatan mimetik, puisi hadir sebagai cermin kehidupan yang bisa kita baca untuk memahami dunia dan diri sendiri.
Dalam dunia pendidikan, pendekatan ini membantu siswa melihat bahwa puisi bukan hanya pelajaran yang harus dihafal, tapi juga media untuk berpikir, merasakan, dan bertindak lebih manusiawi.
Karena pada akhirnya, puisi bukan sekadar kata-kata indah, tetapi suara hati manusia yang berbicara tentang hidup.
Daftar Pustaka
1.
Abrams, M.H. (1999). A Glossary of Literary   b mnTerms. Boston: Heinle & Heinle.