Mohon tunggu...
Nesti Nadila
Nesti Nadila Mohon Tunggu... Saya mahasiswa Fakultas Ilmu pendidikan Bahasa Indonesia

Mahasiswa Universitas Muhammaddiyah A.R Fachruddin - Mahasiswa universitas Muhammaddiyah A.R Fachruddin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Sebagai Cerimin Realitas: Pendekatan Mimetik dalam Hidup dan pendidikan

22 Juli 2025   20:52 Diperbarui: 22 Juli 2025   20:52 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Salah satu cara memahami puisi secara bermakna adalah lewat pendekatan mimetik. Pendekatan ini melihat puisi sebagai cerminan kehidupan. Artinya, puisi tak berdiri di awang-awang, tapi lahir dari pengalaman, peristiwa, bahkan penderitaan manusia. Artikel ini akan membahas bagaimana pendekatan mimetik membantu kita membaca puisi dengan lebih dekat, serta apa manfaatnya bagi kehidupan dan pendidikan.

Mengenal Puisi Mimetik dan Fungsinya

Istilah "mimetik" berasal dari kata mimesis, yang berarti "meniru" atau "menyerupai". Dalam dunia sastra, pendekatan mimetik berarti membaca karya sastra dengan menghubungkannya ke dunia nyata. Puisi tidak dilihat hanya sebagai susunan kata yang indah, tetapi sebagai hasil pengamatan dan penghayatan penyair terhadap kehidupan.

Dengan kata lain, puisi mimetik adalah puisi yang "bercerita" tentang kenyataan---baik itu kenyataan sosial, sejarah, maupun pengalaman pribadi. Fungsi puisi seperti ini bukan sekadar menyentuh perasaan, tetapi juga menggugah kesadaran. Banyak puisi lahir dari situasi-situasi nyata: penjajahan, perjuangan, ketidakadilan, cinta, dan kehilangan. Semua itu menjadi bahan bakar bagi penyair untuk menulis.

Contoh Analisis Puisi dengan Pendekatan Mimetik

Mari kita ambil puisi "Aku" karya Chairil Anwar. Siapa yang tidak tahu bait terkenal ini:

"Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu..."

Di permukaan, bait ini seperti tentang kematian. Tapi kalau kita selami lebih jauh, puisi ini mencerminkan semangat seseorang yang siap berkorban demi tanah air, tanpa ingin dipuja atau dikasihani. Chairil menulis di masa penjajahan, dan puisinya mencerminkan realitas saat itu: bahwa hidup adalah perjuangan, dan mati adalah risiko yang siap diterima.

Contoh lain datang dari W.S. Rendra lewat "Sajak Sebatang Lisong". Puisi ini berisi kritik sosial tentang suara rakyat yang dibungkam.

"Mengapa engkau duduk di situ
Membisu
Tak bicara..."

Dalam pendekatan mimetik, puisi ini jadi semacam protes. Ia meniru kenyataan---suatu zaman di mana orang takut bicara, di mana penguasa menekan suara rakyat. Dengan begitu, puisi menjadi semacam dokumentasi sejarah yang dibungkus dalam keindahan bahasa.

Manfaat Pendekatan Mimetik dalam Kehidupan dan Pendidikan

Lalu, mengapa pendekatan mimetik penting? Jawabannya sederhana: karena kita hidup di dunia nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun