Nadya mengambil. "Thanks."
"Jangan salah paham. Aku nggak peduli kamu makan atau nggak."
"Tenang aja, aku juga nggak merasa istimewa."
Mereka saling jawab, saling sindir, tapi diam-diam senang. Entah sejak kapan, perhatian kecil mulai jadi kebiasaan. Bilal selalu melirik pintu kelas setiap awal jam, memastikan Nadya sudah datang. Sementara Nadya, dengan santainya, selalu minta, "Eh Bilal, absenin aku dong, aku telat." Padahal telatnya cuma dua menit, dan Bilal selalu menurut tanpa banyak protes.Â
CEMBURU YANG TAK TERKATAKAN
Suatu hari, Nadya melihat Bilal sedang ngobrol asyik dengan Dinda, mahasiswa dari jurusan sebelah. Mereka ketawa-tawa di kantin. Nadya duduk tak jauh dari situ, bersama temannya, pura-pura sibuk main HP.
"Ciee Bilal sama Dinda sekarang?" bisik Diah, sahabat Nadya.
"Apaan sih. Emangnya gue peduli?"
"Muka lo nyolot, tapi tangan lo ngetik gede-gede."
Memang, Nadya sedang ngetik ke grup kelas: "BILAL, SLIDE PRESENTASI BELUM KIRIM. CEPAT YA. SEMUA UDAH NUNGGUIN. ."
Padahal presentasinya masih minggu depan.