"Iya, Yah," balas singkat Patricia yang tidak menyangka jika ibunya telah memberitahukan kesibukannya akhir-akhir ini.
"Sering diundang ke seminar juga?" tanya Fahri selanjutnya.
"Iya, Yah." Jawab Patricia.
Di benaknya banyak pertanyaan berseliweran, dia tidak mengerti mengapa ibunya menceritakan itu kepada ayahnya, dia juga tak tahu mengapa ayahnya bertanya demikian? "Apakah ada sesuatu darinya untukku? Aku tidak tahu," ucapnya dalam hati.
"Memang kenapa, Yah?" tanya Patricia.
"Oh, tidak apa-apa. Itu bagus, Ayah cuma bisa dukung kamu, semoga dunia barumu itu benar-benar kamu nikmati," jawab Fahri. "Ayah juga ada sesuatu untukmu," lanjutnya.
Berdebar hati Patricia ketika mendengar ayahnya akan memberikan sesuatu untuknya.
Fahri berdiri dari tempat duduknya, lalu ke kamar mengambil satu buah laptop canggih MacBook Air keluaran terbaru. "Ini buat kamu, semangat menulisnya, ya." Ucap Fahri.
"Terima kasih ya, Yah." Jawab Patricia sambil memeluk ayahnya.
Patricia lalu pergi ke kamarnya. Dia menangis tersedu-sedu, perasaan yang selama ini dia inginkan akhirnya dia dapatkan.
Sore itu, awan mendung. Matahari yang semula menyinarkan panasnya, kini meredup. Apakah langit akan ikut menangis bersama Patricia sore itu? Mungkin saja.
Hujan turun sangat deras hingga membuat selokan di depan rumah meluap karena sudah tak mampu lagi menampung air matanya.