Hal itu rupanya membuat kecemburuan terhadap si bungsu. Patricia, dia merasa tidak diperlakukan seperti halnya Zahra. Dia merasa nasibnya berbeda dengan kakaknya itu. Mulai dari pendidikan hingga perhatian keluarga.
Dia berpikir, apakah karena dia tidak secantik dan sepandai Zahra? Atau karena dia anak bungsu yang justru harus mengalah terhadap si sulung? Dia pun tidak tahu.
Tapi beruntung, Patricia pandai dalam hal agama. Hal yang tidak ada pada diri Zahra. Koleksi bukunya juga banyak, tidak kalah banyak dari Zahra. Dia juga kerap menulis artikel di media yang dia ulas dari perspektif agama.
Suatu hari, karena tulisan-tulisannya, dia diundang untuk mengisi seminar di berbagai tempat untuk menyampaikan pandangannya. Tapi miris, ketika menulis sudah menjadi pekerjaannya. Namun kasih sayang yang penuh dari kedua orang tua belum dia dapatkan.
Kesedihan itu dia pendam seorang diri dalam hati dan terkadang dia tuangkan dalam tulisan melalui tinta hitamnya.
Minggu Spesial telah tiba, semua anggota keluarga berada di rumah, hari itu Fahri tidak perbolehkan siapa pun untuk pergi. Dia beralasan, hari itu untuk keluarga.
Dengan terpaksa, Patricia tidak datang ke seminar yang telah mengundangnya. Baginya, hal itu tidak mengapa, karena kasih sayang dan perhatian dari orang tua jauh lebih penting untuk dia dapatkan.
Seperti biasa, selalu ada masakan spesial di hari yang spesial.
Jika Minggu Spesial yang lalu Anisa menyajikan ayam bakar Taliwang, kali ini dia akan membuat rendang khas Minangkabau. Makanan yang pernah dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia.
Agar semua bekerja, hari itu dilakukan pembagian tugas, Fahri dan Zahra ke pasar membeli seluruh bahan yang akan dimasak, sementara Anisa dan Patrica yang bertugas memasaknya.
"Yah, ini daftar belanjanya. Jangan ada yang kelupaan ya." Ujar Anisa kepada suaminya.