"Iya, selamat siang Pak Marcus. Ada apa, Pak?" tanya manajer proyek.
"Pagi tadi saya mendapat telepon dari Menteri Infrastruktur soal kelanjutan proyek jalan tol ibu kota baru yang sedang kita kerjakan." Ucap Marcus.
"Katanya, perintah dari Bapak Presiden untuk memberhentikan proyek jalan tol ibu kota baru hingga beberapa bulan ke depan, menunggu kondisi aman untuk kembali bekerja," tambahnya.
"Oh begitu ya, Pak. Tapi nasib para pekerja bagaimana, Pak?" tanya manajer proyek.
"Soal itu, kita tetap beri mereka gaji bulan lalu sebelum proyek ini dihentikan." Jawab Marcus.
"Oh baik, Pak. Siap laksanakan." Ucap manajer proyek.
Meskipun Marcus pemilik perusahaan, dia menunjuk Pak Darwin sebagai manajer proyek yang sedang dikerjakan perusahaannya itu.
Melia selesai setelah tiga jam dia mengajar dari pagi hingga siang hari.
Sudah delapan bulan mereka bertahan di tengah ketidakpastian virus sialan itu kapan berakhir. Selama itulah Marcus tidak memiliki pekerjaan. Tabungannya telah habis untuk membayar cicilan rumah, sementara gaji Melia hanya cukup untuk keperluan makan sehari-hari.
Virus Divoc benar-benar telah menghancurkan keluarga kecil itu.
Kesulitan yang sangat menyiksa telah mereka rasakan. Di tengah kepasrahan hidup, mereka hanya berharap dan berdoa kepada Tuhan, agar virus sialan itu segera lenyap dari peradaban.