Mohon tunggu...
Moh Ikhsani
Moh Ikhsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang menulis topik sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jalan Tol Ibu Kota Baru

10 Juli 2022   12:10 Diperbarui: 11 Oktober 2022   10:55 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: istockphoto.com

Melihat Marcus yang duduk sendirian di ruang kerjanya, membuat Melia tak tega melihat suaminya terus bersedih karena kehilangan pekerjaan.

"Sabar, Sayang. Pasti ada jalan keluarnya. Kan juga masih ada aku yang bekerja. Tenang saja," ucap Melia.

"Tapi kan, aku suami kamu. Aku yang seharusnya memberimu nafkah, aku yang seharusnya menghidupimu. Bukan justru sebaliknya," ucap Marcus disertai keluarnya air mata.

Melia kembali memeluk suaminya, dia merasakan air mata itu membasahi bahunya.

"Tidak apa-apa Sayang. Ini kan terjadi karena virus sialan itu. Bukan karena kamu yang tidak mau memberiku nafkah." Ucap Melia masih dengan memeluk suaminya.

"Terima kasih ya, kamu sangat pengertian sama aku." Jawab Marcus.

Waktu menunjukkan pukul 09.00, Melia bersiap untuk memberikan kuliah paginya. Sementara Marcus masih di ruang kerjanya, menghitung perkiraan biaya dan waktu untuk melanjutkan proyek jalan tol ibu kota baru yang sedang mandek itu.

Marcus melihat dari jendela ruang kerjanya, langit yang awalnya biru berubah menjadi gelap disertai angin kencang yang menyapu daun-daun di jalanan depan rumahnya. Tidak hanya itu, pohon kelapa yang berdiri kokoh di seberang jalan dibuatnya bergoyang.

Akhirnya hujan turun, menumpahkan seluruh airnya disertai kilatan cahaya dan suara yang mengagetkan seperti menggambarkan perasaan Marcus yang sedang tercabik-cabik oleh beratnya kehidupan.

Dengan perasaan sedih, Marcus memberi kabar kepada para pekerjanya terkait proyek jalan tol ibu kota baru.

"Selamat siang, Pak Darwin." Ucap Marcus kepada manajer proyek yang ditunjuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun