"Oke. Oke. Lalu pegawai yang lama ke mana?"
"Dia sudah menikah. Pindah ke kota lain ikut suaminya," jawab Bavik.
"Lo aslinya mana, Bavik?"
"Lo ini ada keperluan lain atau mau mewawancarai gue? Kalau mau wawancara, sorry, aku tidak punya waktu," kata Bavik ketus.
"Ya. Ya. Seperti gue bilang tadi, mau ketemu dengan Pak Teguh. Beliau ada?"
"Hmm," dengus Bavik. "Dia pagi-pagi tadi ke pasar di pantai, menemui Pak Acece, Bapak Kepala Sekolah. Beliau sedang sakit stroke ringan. Satu jam lagi mungkin sudah pulang."
"Gue tunggu aja, deh. Boleh kan duduk di sini?"
"Boleh. Gratis kok, tak perlu bayar."
"Eh, ternyata lo bisa gurau juga, kan?"
"Ndak. Sekadar mengimbangi saja," kata Bavik. Kali ini kata-katanya jauh lebih bersahabat.
"Kalau mau minum, tuh buat sendiri. Di sini semuanya swalayan. Ada teh dan kopi. Tapi maaf, kami tidak menyediakan gula, biar terbiasa tidak banyak konsumsi gula. Tidak baik untuk kesehatan."