Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syair Abu Nawas: Dari Baghdad ke Nusantara, Doa yang tak Lekang Zaman

16 September 2025   16:10 Diperbarui: 16 September 2025   16:35 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

فَهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِي
فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ

Maka anugerahkanlah kepadaku taubat dan ampunilah dosa-dosaku,
karena Engkaulah Sang Maha Pengampun dosa-dosa besar.”

ذُنُوْبِي مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ
فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَا ذَا الْجَلَالِ

“Dosaku sebanyak butiran pasir di pantai,
maka karuniakanlah kepadaku taubat, wahai Tuhan Yang Maha Mulia.”

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي

“Umurku berkurang dari hari ke hari,
sementara dosaku terus bertambah—bagaimana mungkin aku sanggup menanggungnya?

Mengapa Begitu Populer di Nusantara?

Bagi masyarakat muslim Nusantara, syair Abu Nawas ini seakan menemukan rumahnya. Ada beberapa alasan mengapa syair ini begitu melekat:

  1. Mudah dihafal dan dinyanyikan
    Baitnya singkat, berima, dan enak dilantunkan. Karena itu, jamaah di kampung-kampung bisa mengulanginya dengan mudah.

  2. Dilantunkan menjelang shalat
    Tradisi ini hidup di pesantren dan masjid-masjid kampung. Sebelum shalat Magrib atau Isya, syair Abu Nawas dibacakan dengan nada mendayu, membuat hati jamaah tersentuh.

  3. Bahasa sederhana, makna mendalam
    Tidak ada kata-kata rumit. Isinya pengakuan dosa dan harap akan ampunan. Justru kesederhanaannya itulah yang membuat syair ini meresap ke hati.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Puisi Selengkapnya
    Lihat Puisi Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun