فَهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِي
فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
“Maka anugerahkanlah kepadaku taubat dan ampunilah dosa-dosaku,
karena Engkaulah Sang Maha Pengampun dosa-dosa besar.”
ذُنُوْبِي مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ
فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَا ذَا الْجَلَالِ
“Dosaku sebanyak butiran pasir di pantai,
maka karuniakanlah kepadaku taubat, wahai Tuhan Yang Maha Mulia.”
وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي
“Umurku berkurang dari hari ke hari,
sementara dosaku terus bertambah—bagaimana mungkin aku sanggup menanggungnya?”
Mengapa Begitu Populer di Nusantara?
Bagi masyarakat muslim Nusantara, syair Abu Nawas ini seakan menemukan rumahnya. Ada beberapa alasan mengapa syair ini begitu melekat:
Mudah dihafal dan dinyanyikan
Baitnya singkat, berima, dan enak dilantunkan. Karena itu, jamaah di kampung-kampung bisa mengulanginya dengan mudah.Dilantunkan menjelang shalat
Tradisi ini hidup di pesantren dan masjid-masjid kampung. Sebelum shalat Magrib atau Isya, syair Abu Nawas dibacakan dengan nada mendayu, membuat hati jamaah tersentuh.Bahasa sederhana, makna mendalam
Tidak ada kata-kata rumit. Isinya pengakuan dosa dan harap akan ampunan. Justru kesederhanaannya itulah yang membuat syair ini meresap ke hati.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!