Tahun ini, aku menulis satu lagi:
"Hari ini ulang tahunku. Tapi rasanya aku seperti peringatan dari masa lalu yang kalian benci. Apa aku seburuk itu?"
Kututup kotak itu. Kudekap sebentar, lalu kuletakkan kembali di bawah tempat tidur.
Malam datang bersama gerimis. Udara makin dingin. Tapi yang lebih dingin adalah suasana hati. Lebih dari itu---yang terasa adalah hampa. Bukan karena tak ada hadiah, tapi karena aku merasa tak pernah benar-benar hadir di dalam hari yang seharusnya menjadi milikku.
Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, suara-suara kembali pecah.
"Aku nggak bisa bahagia di tanggal ini!" Ibu akhirnya menangis. "Aku kehilangan anak pertamaku di hari ini, kamu tahu itu!"
Ayah masih mencoba tenang. "Tapi kita punya Rana. Dia anak kita juga. Dia hidup. Dia berhak bahagia hari ini."
"Setiap kali aku lihat dia, aku ingat yang hilang..."
Aku keluar dari kamar. Berdiri di depan mereka.
Dan untuk pertama kalinya aku bicara:
"Aku tahu aku bukan anak pertama. Tapi aku anak yang masih ada di sini. Yang tiap tahun berharap hari ini jadi sedikit lebih baik. Tapi kalian selalu memilih kenangan yang hilang... dan lupa kalau aku ini nyata."