Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Toleransi Minoritas, Mencintai Hidup Terbatas

10 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 10 Januari 2019   07:52 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perasaan tak berguna menginvasi pikiran. Ya, Allah, apa gunanya lagi ia hidup? Hanya menyusahkan orang lain. Menolong anak kecil saja tak bisa.

Selesai mengobati luka anak itu, Gabriel kembali ke sisi Abi Assegaf. Hatinya diliputi tanda tanya melihat wajah pucat dan sedih tuan yang dirawatnya.

"Ada apa, Tuan Assegaf?" tanya Gabriel penuh perhatian.

"Gabriel, keterbatasan ini membuat saya tak berguna..." lirih Abi Assegaf.

"Mengapa Tuan berkata begitu?"

"Saya tidak bisa membantu anak kecil itu. Semuanya telah berubah."

Abi Assegaf menyeka matanya. "Dulu, saya merawat anak-anak saya. Sekarang, merekalah yang direpotkan oleh kehadiran saya. Mungkin kematian lebih baik, Gabriel."

Tersentuh hati Gabriel. Dalam keadaan sakit, sosok ayah ideal satu ini masih memikirkan orang lain. Bahkan dia lebih memilih mati dari pada menyusahkan kedua permata hatinya.

"Semua ada waktunya, Tuan. Waktu untuk memperhatikan orang lain, waktu untuk istirahat, waktu untuk fokus pada diri sendiri, dan waktu untuk meninggalkan kehidupan dunia. Sekarang Tuhan memberi Tuan Assegaf waktu untuk beristirahat. Tuhan memberi waktu pada orang-orang yang mencintai Tuan untuk membuktikan cintanya. Saya rasa, Tuan tidak perlu merasa bersalah. Cukup jalani saja peran yang ada. Semua orang punya perannya masing-masing, Tuan."

Lembut, lembut sekali Gabriel memotivasi Abi Assegaf. Ia menjalankan perannya dengan baik. Gabriel seperti malaikat yang turun dalam kehidupan keluarga Assegaf. Secara implisit, diyakinkannya Abi Assegaf untuk mencintai dirinya sendiri. Mencintai kehidupannya yang kini berubah.

**   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun