Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanda Kenyamanan Minoritas Lewat Keintiman

10 Maret 2024   14:05 Diperbarui: 28 Maret 2024   07:13 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelar budaya Muslim di Bali (Sumber gambar: jawapos.com)

Minoritas maupun mayoritas mungkin tidak berlebihan ada di setiap sudut bumi. Orang-orang yang berada di dalamnya ingin hidup nyaman. 

Sebaliknya, hari kacau setidaknya membuat orang puyeng. Bahkan ibarat pilihan ganda, maka seseorang lebih memilih hidup nyaman daripada kacau melulu. Itulah pilihan hidup yang sah-sah saja. Memang nyaman juga tidak selamanya ajek. Betapa monotonnya hidup kalau hanya rasa nyaman menguasai diri kita. Alangkah konyolnya kalau hidup kita direnggut oleh rasa risih dan disiksa oleh rasa terkekang.

Kita akui, hidup tanpa bervariasi itu membosankan. Nyaman dan kacau silih berganti dalam kehidupan.

Tetapi, bagaimana rasanya kita dalam posisi kaum minoritas? Bermacam-macam tanggapan yang mendadak muncul. Ada komentar warganet garis adem. 

Ada pula komentar yang agak menampar. "Kalau nggak pingin dijuluki minoritas atau mayoritas. Ke antartika sekalian." Memangnya kita ingin bertetangga dengan bangsa penguin dan beruang kutub.

Kita abaikan saja hal tersebut. Marilah kita memiliki pandangan tentang hidup nyaman di tengah perbedaan alias keragaman. Entah itu hidup berupa minoritas etnis, minoritas agama hingga minoritas bahasa.

Apa yang pas tagline-nya? "Hidup nyaman untuk semua." Ssstt, jangan berisik, bro! Tetangga di sebelah lagi bermunajat ke Sang Maha Pencipta. Inilah esensi dan intinya. Minoritas. Hidup nyaman.

Hidup nyaman serupa kenikmatan, yang sering diburu oleh setiap orang. Minoritas atau mayoritas sama-sama ingin hidup nyaman. 

Nikmat rasanya hidup tanpa susah. Semuanya serba nyaman. Hidup berwarna.

Absurd juga hidup ini, kalau hidup kita dimonopoli oleh serba enak tenang. Lagi pula, sensasi nyaman dan lezat dari masing-masing orang dan kelompok juga berbeda. Ia dianggap hidup tidak berseni. Sayur tanpa garam. Falsafah kopi, dimana pahit bercampur manis dinikmati. Dari sudut pandang lain, rasa nyaman dan aman merupakan pilihan utama bagi kaum minoritas dalam hubungannya dengan keyakinan beragama.

Kita tidak mengatakan bahwa hidup nyaman hanya polesan luarnya saja. Hidup nyaman ternyata kamuflase dan palsu belaka. Seakan-akan hidup nyaman, padahal di dalamnya hidup tertekan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun