Derap langkah kaki mengagetkan mereka. Clara berlari kecil menghampiri Nyonya Calisa. Ia merentangkan tangan, memeluk ibu angkatnya itu. Nyonya Calisa menyambut pelukan Clara. Membalasnya dengan hangat dan penuh kasih.
"Jangan pergi, Bunda." Clara merajuk manja.
"Oh lihat, bahkan Clara pun bersedih." timpal sebuah suara tenor di belakang mereka.
Rupanya Clara tak datang sendirian. Ia bersama Wahyu dan Reinhart.
"Wahyu? Reinhart? Thanks ya, kalian mau datang juga. Tadi kukira Clara diantar supir atau Mama Lola." Nyonya Calisa berterima kasih, masih memeluk Clara.
"Kami juga ingin mengantarmu, Calisa. Untung saja aku diingatkan Reinhart setelah shalat Subuh. Kalau tidak..."
Dari dalam tas kecil yang dibawanya, Clara mengeluarkan sesuatu. Bunga-bunga yang dirangkai dari kertas warna. Diulurkannya bunga kertas itu ke tangan Nyonya Calisa.
"Ini buat Bunda."
"Wow...terima kasih, Sayang. Bunda suka banget. Clara yang buat ya?"
"Iya, Bunda."
Nyonya Calisa mencium pipi Clara. Disimpannya bunga kertas itu.