Ah, di mata pembaca kemungkinan besar ia akan tampil sebagai karakter yang membumi, tangguh secara emosional, dan sangat setia. Ia bukan tokoh dengan kekuatan supranatural seperti Metta, atau posisi spiritual seperti Pastor Boon, tetapi justru di situlah kekuatannya: Novia mewakili pembaca biasa---orang awam yang tetap berani berdiri di garis depan, mendampingi teman-temannya menghadapi hal-hal tak masuk akal.
Ia bisa dilihat sebagai jantung emosional tim. Peranannya yang suportif, sabar, kadang skeptis tetapi tetap setia, membuatnya terasa nyata dan relevan.
Novia adalah pengingat bahwa dalam dunia penuh kegelapan dan keajaiban, akal sehat dan kemanusiaan biasa tetap punya tempat penting. Keberadaannya memberi keseimbangan dan menjadi jangkar realitas, terutama ketika tokoh-tokoh lain mulai terombang-ambing oleh takdir besar dan kekuatan gaib.
Kira-kira seperti itu.
Jadi, doakan ya, agar peluncuran novel De Oud Ziel yang merupakan rangkaian keempat dari semesta Berdansa Dengan Kematian ini bisa sukses dan menjadi pilihan pembaca Indonesia.
Oh ya, bagi kalian yang belum membaca tiga novel sebelumnya: Berdansa Dengan Kematian (2023), Qi-Sha: Tujuh Bintang Petaka (2024), dan Petabhumi: Misteri Tembok Kutukan (2025), jangan terlalu khawatir, karena meskipun masih dalam semesta yang sama, cerita ini tidak bersambung, kok.
Tapi, bagi kalian yang sudah membaca, akan banya kejutan, melalui cerita-cerita ringkas dan tokoh-tokoh cameo yang berhubungan dengan kisah-kisah sebelumnya.
Akhir kata,
Selamat menikmati bagi yang nanti akan membelinya. Bagi yang tak tertarik, semoga tergugah dengan tulisan ini, hingga akhirya bisa menjadi pilihan bacaan.
Salam
Acek Rudy for Kompasiana