Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hio, Rosario, dan Menteri Agama di Toasebiostraat

19 Agustus 2025   09:51 Diperbarui: 19 Agustus 2025   12:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Katolik Maria de Fatimah: dokpri 

Perjalanan di kampung Cina Glodok belum berakhir di Klenteng Yin de yuan . Masih banyak tempat-tempat lain di sekitar sini yang juga tidak kalah menarik untuk disambangi.


Koteka Trip 7 masih tetap bersemangat, apalagi Astro, anggota kami yang paling muda dan paling bersemangat.  Keluar dari pintu gerbang di jalan kemenangan tiga dan belok ke kanan. Di sudut jalan  kami melihat sebuah gerbang kecil  dengan atap melengkung gaya ekor  waletnya yang khas. Di pintunya ada dua aksara Hanzhi.  Saya hanya bisa membaca satu aksara yaitu xi yang artinya barat. Di bawahnya ada tulisan jalan Kemenangan VII.
Di dekatnya ada sebuah altar  kecil dengan dupa, patung dewa ukuran mini, dan sedikit persembahan. 

Uniknya pada bagian atas altar kecil  ini ada tiga aksara Tibet. Penasaran saya membuka gadjet untuk membaca aksara ini yang ternyata bunyinya Om Ah Hum yang merupakan mantera agama Buddha Tibet yang kalau diterjemahkan artinya "Blessing of the body speech and mind"

 Ternyata inilah Altar yang disebut dengan Pakung yang dipersembahkan untuk Datuk  Kemenangan. Atau karena ini terletak di jalan kemenangan?

Pintu gereja: dokpri 
Pintu gereja: dokpri 

Jelajah di Jalan Kemenangan III  dilanjutkan dan tidak lama  kemudian,  di sebelah kanan ada  sebuah gedung dengan arsitektur Tionghoa  cantik. Sekilas mirip kelenteng atau rumah orang kaya zaman dahulu. Bahkan dari luar saya sudah bisa merasakan aura keindahan dan kemegahan gedung ini.
Ini adalah gereja Katolik Santa Maria de Fatima yang unik karena berarsitektur Tionghoa  dan konon dulu merupakan  rumah Kapitan Tionghoa yang dibeli oleh komunitas Katolik pada pertengahan abad kedua puluh. Kami masuk melalui  pintu samping setelah minta ijin pada satpam yang dengan ramah menyambut rombongan Koteka Trip. Kami masuk ke halaman dan melihat lihat kemegahan gereja yang unik ini. Selain atapnya yang khas melengkung model ekor walet, di depan pintu  juga ada sepasang singa penjaga atau shishi  yang khas bangunan Tionghoa.  
Walau sekilas mirip kelenteng bagunan ini  di atapnya  tidak ada hiasan berupa sepasang  naga melainkan hanya ada sebuah salib warna putih yang sederhana.  Menandakan ini memang sebuah gereja.

Saya mendekat ke pintu utama yang tertutup rapat dan dicat warna merah . Dinding muka gereja dicat warna putih dan tepat di atas pintu ada tertulis "Gereja Katolik  St. Maria De Fatima" dengan huruf warna merah.  Di bawahnya ada tulisan "Porta Sancfa" warna coklat yang dalam bahasa Latin berarti Pintu Suci.   Di dekatnya ada logo salib dan tulisan Yubileum 2025, Penziarah Pengharapan.   Kata Yubileum berasal dari bahasa Latin Jubileum yang bisa diartikan sebagai perayaan atau juga ulang tahun yang istimewa.

Prasasti : dokpri 
Prasasti : dokpri 

Di depan pintu  utama gereja  ada  papan ornamen berwarna merah dan kuning emas yang menyerupai desain gerbang Tionghoa klasik. Papan penghalang ini berfungsi sebagai pemisah visual atau dekoratif di depan pintu.

Di sisi kiri pintu  tampak meja dengan taplak merah dan papan informasi berwarna putih dengan poster-poster kecil, biasanya digunakan untuk pengumuman kegiatan paroki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun