Masak kita rela mengganti Sang Merah Putih dengan bendera One Piece?  Sementara para pesepakbola diaspora kita, justru rela melepas kewarganegaraan  Eropa mereka demi berkibarnya Sang Merah Putih di kancah persepakbolaan dunia.
Selepas Subuh pada tanggal 1 Agustus 2025 ...
Begitu membuka jendela ruang tamu, mata ini langsung bersirobok dengan Sang Merah Putih yang tengah berkibar pelan. Saya tersenyum tipis dan membatin, "Agustus sudah benar-benar datang!"
Sebetulnya saya tidak kaget melihatnya. Saya sudah tahu kalau mulai awal Agustus bakalan disambut kibaran Sang Merah Putih begitu membuka jendela depan. Sebab malam sebelumnya, saya mendengar bapak-bapak ramai-ramai memasang bendera sembari bercanda ria.
Lagi pula, tiap tahun selalu begitu. Telah menjadi rutinitas di kampung tempat saya berdomisili. Pada akhir Juli bapak-bapak bergotong royong memasang bendera, spanduk, dan umbul-umbul bernuansa 17 Agustus.
Syukurlah. Bahkan pada tahun 2025 ini, tatkala ada (atau sedang dipaksakan ada?) "tren" pengibaran bendera One Piece, tak satu pun aksesoris bernuansa One Piece yang dipasang di kampung kami. Pokoknya sejauh mata memandang, yang terlihat nuansa merah dan putih.
Demikianlah adanya. Mulai tanggal 1 Agustus hingga bulan berikutnya tiba, pagi saya akan diawali dengan sapaan dari Sang Merah Putih. Tepat persis begitu wajah saya muncul dari balik jendela yang terbuka.
Saya pun yakin bahwa sampai akhir Agustus, tetap Sang Merah Putih yang bakalan berkibar di balik jendela kayu itu. Tidak kemudian berubah menjadi bendera One Piece.
Ngomong-ngomong tentang bendera One Piece, yang nekad dikibarkan sejumlah warga di rumah-rumah dan kendaraan-kendaraan, sesungguhnya itu merupakan simbol ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah. Bukan sebab rakyat tak lagi cinta kepada NKRI beserta Garuda Pancasila dan Sang Merah Putih.