Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa yang Tak Sampai

26 Maret 2017   14:28 Diperbarui: 26 Maret 2017   14:35 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Eh, iya. Kamu ke sini ada perlu apa, Zak?” tanya Kyai Rasyid seperti teringat sesuatu.

Zakaria tercekat. Tak mungkin ia sampaikan maksud hati ingin meminta izin mengajak Rima ta’aruf. Sedangkan baru saja Kyai Rasyid mengatakan bahwa Rima sudah punya calon suami.

“Saya, cuma mau minta pendapat abah, saya ingin melanjutkan S2. Kebetulan ada peluang beasiswa, tapi ke Eropa bukan ke timur tengah” Zakaria mencari alasan yang paling logis untuk menutupi luka dalam hatinya yang kini makin menganga.

Kyai Rasyid menganggukkan kepala. Sejurus kemudian memperi pendapat panjang lebar. Zakaria mendengarkan dengan baik. Lebih tepatnya pura-pura mendengarkan. Tak satu pun nasihat itu bisa ia tangkap. Pikirannya berkecamuk. Hatinya telah patah. Ia kalah dan tak mungkin melanjutkan semuanya.

***

2 bulan berlalu. Pesantren pimpinan Kyai Rasyid hari itu berbeda dari biasanya. Semua santrinya tumpah ruah dalam suka cita mengiringi kebahagiaan yang tengah meliputi keluarga kyai mereka. Rima nampak ayu di pelaminan. Di sampingnya duduk mempelai pria yang tak kalah menawan. Pasangan yang ideal. Sama-sama keturunan ulama.


Akad nikah telah dilangsungkan. Rima sudah resmi menjadi istri seorang lelaki. Dan lelaki itu bukan Zakaria. Lelaki yang patah hati itu melaksanakan tugasnya meng-handledan mengonsep prosesi akad nikah hingga walimatul ‘ursy. Pestanya meriah meski tak juga mewah. Semua santri dilibatkan sehingga terasa sekali bahwa gawe itu bukan hanya milik Kyai Rasyid, tapi juga santri-santrinya.

Zakaria duduk tepekur di salah satu kursi di taman pesantren. Matanya menerawang ke depan. Memandang kuncup-kuncup bunga mawar yang sebentar lagi mekar. Alunan musik membahana dari halaman depan yang telah ia sulap menjadi arena utama walimatul ‘ursy. Tak pernah ia bayangkan akan menjadi seorang pengonsep resepsi pernikahan wanita yang ia cintai. Kenyataan memang tak selalu sesuai dengan harapan. Dan itu yang kini tengah Zakaria rasakan.

Tapi siapa yang mau disalahkan? Kyai Rasyid? Tidak! beliau tidak tahu apa-apa. Rima? Apalagi gadis cantik itu. Sampai detik ini pun Rima tak tahu kalau Zakaria mencintainya. Lelaki yang kini jadi suami Rima? Oh Tuhan, Kau akan marah pada lelaki yang berhasil membahagiakan Rima? Membuat Rima merasa jadi wanita yang seutuhnya, Zak? Sedangkan dirimu hanya bisa memendam dan memendam hingga akhirnya kau sadar bahwa kau sudah..... TERLAMBAT. Mungkin kau tidak terlambat mencintai, tapi kau terlambat mengungkapkan. Dan atas keterlambatan itu kini kau merasakan sendiri hukuman yang mendera bathinmu.

Zakaria masih tepekur dengan tatapan kosong. Tak ada yang pantas disalahkan. Tidak juga dirinya sendiri. Bukankah ia sudah tahu bahwa cinta selalu memiliki muatan kekecewaan? Inilah ujian untuk Zakaria apakah cinta berhasil membuatnya terjungkal dan jadi pecundang. Atau menjadi seorang yang tabah dan bangkit dari keterpurukan?

Hidup tak akan berhenti sampai di sini. Life must go on.Selama dua bulan ini Zakaria belum jua berhasil menghilangkan perasaannya pada Rima. Namun mulai hari ini, ia harus berhenti mencintai Rima. Ia akan merasa sangat berdosa dan hina jika mencintai istri orang. Rima tak perlu tahu isi hatinya. Juga Kiyai Rasyid. Ia tak ingin merusak kebahagiaan orang lain. biarlah sakit hati ini ia kulum seorang sendiri. Tak boleh ada orang lain yang dirugikan karena kekecewaan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun