"Jadi Ibumu pun tahu bahkan mendukung apa yang kamu lakukan ini?"
"Iya, Om. Karena, Ibu tahu aku melakukannya dengan tujuan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Walaupun, aku pernah mendapatkan perundungan dari beberapa temanku. Sebagian dari mereka mengejekku aneh. Awalnya aku merasa sedih. Tapi aku tidak mempedulikannya"
Raffy menjelaskan dengan santai bak orang dewasa, sambil memilah sampah yang ia dapatkan hari ini.
"Aku tidak kekurangan apapun dari Ayah dan Ibuku Om, tapi dengan uang yang aku hasilkan, Â aku bisa menabung lebih banyak, bahkan bisa membantu temanku yang mungkin sedang kesusahan"
Jujur saja pada awalnya aku merasa iba saat pertama kali melihat Raffy. Tapi ternyata aku salah. Aku lebih kasihan kepada diriku sendiri. Lebih tepatnya aku merasa malu.
Banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan dari anak kecil ini. Mulai dari mencintai lingkungan, mengatur uang, hingga melihat peluang bisnis dari hal yang dianggap tidak ada nilainya.
Aku sangat kagum dengan didikan yang diberikan oleh orang tuanya Raffy. Seorang anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar bisa memiliki kedewasaan yang bahkan aku sebagai orang dewasa pun tidak memilikinya.
"Kamu hebat sekali Raffy, oh ya kalau boleh tahu apa cita-citamu?"
"Aku ingin menjadi menteri pendidikan Om, agar bisa memberikan pendidikan yang merata kepada teman-temanku yang tidak bisa sekolah karena keterbatasan ekonomi."
"Wah, semakin takjub Om mendengar penjelasanmu"
Aku hanyut dalam obrolan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehku. Banyak sekali cerita yang disampaikan Raffy.