"Dia bersembunyi di rumah yang aku kontrak bersama temanku di Dago Pojok. Tulang bahunya ada yang retak. Untung tidak jatuh."
Widy terus ingin mendengarkan.
"Syafri jatuh cinta padaku karena kasihan. Memang aku punya banyak pacar. Tetapi Dika lain, dia laki-laki melindungiku. Termasuk dari Hardja, anak orang kaya dari Bandung yang juga sempat memikatku dan ikut tidur dengan aku walau semalam. Tetapi dia main-main."
Widy mengepalkan tangannya. Naila menangis dan dia kemudian memeluk perempuan itu. "Bangsat itu lagi!"
"Hardja punya bisnis bersama Om Berty memasok perempuan untuk menghibur tamu di luar negeri. Anjeun pernah dengan kasus Hospitality waktu Konferensi Asia Afrika, ada isu itu? Tetapi dibantah oleh aparat, karena dianggap cara untuk menjatuhkan Ali Sastroamidjojo."
"Mbak kena jebak juga?"
Naila mengangguk. "Syafri tahu. Dia ingin menikahiku. Tetapi aku menolak dia. Karena dia bukan tipeku. Walau bangsat, tetapi aku suka bad boy macam Dika. Sementara Syafri orang baik-baik."
Widy terhenyak. Â Pantas Syafri ingin melindunginya. Dia tidak ingin dirinya seperti Naila.
"Oke, nanti aku coba bicara sama sepupuku tentara agar kamu dan Dika segera ke Jakarta. Jangan biarkan dia jadi crossboy lagi."
Naila ingin mencium tangan Widy. Tetapi Widy menolaknya."Kita sama-sama perempuan. Aku juga suka Hardja karena dia bad boy juga. Tetapi dia keterlaluan. Sama cewek lain dia juga main. Dan aku dicampakan begitu saja!"
Tanpa setahu Widy, ayahnya mendengarkannya. Dia marah sekali. "Oh, jadi begitu cerita ya. Kurang ajar kamu Hardja!"