"Mereka sudah keterlaluan. Tetapi aku diganggu karena mantannya Kang Hardja Abah, aku tidak tahu ada masalah antara dia dan para crossboy itu hingga begitu membenci aku."
'Kamu sudah tanya Hardja?"
"Tidak mau ketemu lagi!" Widy kemudian berdiri. "Mandi dulu!"
Widy sudah di kamar sehabis makan malam. Dia membaca beberapa buku. Â Di antaranya sebuah buku tentang Psikologi tentang kenakalan remaja.
Sekitar sejam membaca. Â Pintu kamarnya diketuk. Ternyata Kintan. "Teteh, ada perempuan yang mau bertemu Teteh, katanya temannya Kang Syafri!"
Widy terhenyak dan kemudian keluar. Â Ternyata Naila matanya sembab di ruang tamu baru dihidangkan dua cangkir teh dan kue Sarabi oleh ibu Widy.
"Kang Syafri lagi ke Ciwidey!" kata Widy.
"Aku mau bicara sama anjeun, bukan sama Syafri. Â Cerita kami sudah masa lalu, tetapi ada hal lain yang juga menyangkut anjeun!" kata Naila.
Widy melihat wajah perempuan yang datang itu. Dia tahu berada di Bandung untuk promo film Tiga Dara.
"Dika itu dekat dengan aku. Boleh dibilang pacar. Tetapi bukan satu-satunya," ucap Naila pelan.
"Oh? Mbak ketemu dia!" Widy mulai ingin tahu,