Ya, mereka sibuk sendiri dengan dunia kita.
Walau tak menyakiti hati yang lain
hingga pelita menyala
sebelum menerjang kegelapan berikutnya.
Sejak beberapa tahun sebelum saya mampir di sana, mereka memang telah diacuhkan. Mungkin dianggap sebagai beban. Atau sebagai sesuatu yang menakutkan? Entahlah. Rendra yang Burung Merak dulu pernah tampil. Telinga puncak kekuasaan merah. Sejak itu tak mudah lagi. Bukan hanya untuk mendukung pembiayaan. Tapi hanya sekedar mengisi panggung.
Bakat, kejelian, ekspresi, dan keliaran itu tak terkurung. Mereka menggeliat dan berkelana menemukan habitatnya. Tempat dimana semua itu menjadi mungkin. Untuk digagas, diasah, dikemas, disajikan, lalu dibicarakan sehingga menyempurnakan yang ada dan melahirkan yang baru.
Keindahan itu rupanya tak mesti pada hal yang biasa. Atau pada hal yang sudah dipahami. Atau pada hal yang diulang-ulang.
Keindahan itu ternyata ada entah dimana. Mungkin pada prosesnya. Bisa juga sampahnya. Saya bahagia karena berkenalan dengan semua itu.
Saya mengerti.