Mohon tunggu...
Irwan S
Irwan S Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Free journo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Regretter– The Untold Regret

17 Juni 2014   03:01 Diperbarui: 17 Desember 2016   00:54 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Barang pertama yang kudapati adalah kaset album Let It Be nya The Beatles dengan sign yang tak asing bagiku tertuang di depan cover album. Aku cukup familiar dengan tanda tangan ini, tapi aku menghiraukan pikiran sepintasku dan memperhatikan barang-barang lain.

Tak ada lagi barang di dalam kotak tersebut selain beberapa lembar kertas denhan lambang-lambang asuransi yang tidak ku hubris serta selembar kertas yang telah dilipat dua. Dengan penasaran aku membukanya dan aku melihat sekumpulan tulisan yang menyatu yang aku yakini adalah sebuah pesan. Ini adalah sebuah surat. Tanpa bersalag dan penasaran aku membuka dan membacanya.

Dear Maxwel,

Kau sudah besar sekarang, seingatku kau dulu masih 2 tahun dan aku masih bisa mengendongmu. Kau adalah jagoanku kala itu dan aku yakin kau tetap jagoanku hingga kini.

Ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan dengan perkataan karena ketidakberdayaan. Aku sangat senang melihatmu sekarang. Kau bisa memainkan musik dan kau sudah mandiri.

Kau ingat saat kita menyanyikan lagu let it be bersama, itu adalah hari yang paling membahagiakan seumur hidupku. Itu juga merupakan lagu kesukaan ibumu. Kau lihat album the beatles yang ada bersama surat ini. Itu adalah tanda tangan ibumu di dalamnya.

Hey, little max. Aku sangat sedih menuliskan surat ini. Aku ingin meluapkan semuanya kepadamu secara langsung namun aku tak bisa. Ada banyak hal yang belum kau mengerti namun seharusnya memang tak perlu kau mengerti. Aku dan Ibumu berpisah secara baik-baik karena memang kami tak seharusnya bersama. Setelah kau berumur 2 tahun, kami memutuskan untuk berpisah dan sudah berkomintmen untuk bergantian merawatmu. Namun, semuanya berbeda setelah aku menikah lagi. Aku menikah dengan wanita yang sangat kucintai. Dia sama seperti ibumu, sangat lembut dan pengasih. Tapi, Tuhan tidak mengijinkannya memiliki anak seumur hidupnya. Dia keras kepala, dia sangat yakin bisa memiliki anak sehingga dia tidak bersedia mengadopsi anak.


Max, aku sangat menyayangimu. Tak ada penyesalan terbesar dalam hidupku selain hidup bersamamu. Maafkan aku. Banyak alasan yang bisa kusebutkan namun aku tahu, itu tidak akan bisa mengobati hatimu.

Selesaikan tesismu Max, kemarin aku bertemu dengan Mr.Boston dosenmu. Dia adalah rekan kerjaku, dan aku bangga mendengar prestasimu di kampus. Selamat atas beasiswamu. Aku tahu akulah alasan mengapa thesismu terhenti sesaat. Dan aku menyalahkan diriku sendiri atas hal itu. Bagaimana mungkin, kau meneliti sebuah komunikasi antar pribadi antara ayah dan anak jika aku tidak pernah berkomunikasi denganmu secara langsung. Tapi ingatlah, komunikasi tak harus berbicara. Hati hanya bisa berkomunikasi dengan hati. Aku menyayanimu Max.

Besok aku akan menyumbangkan ginjalku kepada isteriku, lagi pula aku sudah mengidap penyakit brainplague. Kau tahu, penyakit kemunduran otak akibat serangan virus. Beberapa dokter mengatakan ada obatnya, tapi aku tidak yakin, karena mereka memaksaku untuk kemoterapi namun aku menolak. Aku tahu penyakit itu langka dan mematikan. Jadi lebih baik ada kepastian istriku lebih lama hidup daripada aku yang bisa dihitung jari harinya untuk hidup.

My Little Max, Aku sangat menyayangimu.

Aku berharap kau mau memaafkanku. Oh ya, kau ingat buku-buku yang kau dapat disetiap ulangtahunmu sejak kau masuk senior high school. Itu adalah hadiah dariku. Heros, Charlie, The Notepad, dan sebut saja. Itu semua adalah buku kesukaanku dan aku berharap kau menyukainya juga, selain ceritanya bagus, ada nilai baik yang boleh kita tiru. Aku sedih mendengar kepergian ibumu. Kamu jangan khawatir soal biaya. Aku sudah memasukkanmu ke dalam asuransi sejak kau kecil. Seluruh kelengkapan dokumen ada bersama kotak ini dan kau boleh menghubungi no telp yang ada di dalamnya. Aku tahu ini tidak bisa membalas semua penyesalanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun