Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mesin Nomor 7

13 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 14 Oktober 2025   18:09 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Hendro berbisik, "Poniyem, kamu tanda tangan ini dulu." Dia sodorkan kertas.

Aku baca dengan susah payah karena pusing. Isinya: "Saya, Poniyem, menyatakan bahwa kecelakaan yang saya alami adalah kelalaian pribadi. Saya tidak menuntut perusahaan atas kejadian ini."

"Pak, kenapa saya harus tanda tangan ini?"

"Ini prosedur. Kamu tanda tangan, nanti perusahaan bantu biaya."

Aku ragu. Tapi aku butuh operasi. Jariku sangat sakit.

Aku tanda tangan.

***

Satu minggu setelah kejadian itu, operasi selesai. Jariku sudah dijahit. Tapi dokter bilang sarafnya putus. Jari telunjuk kananku tidak bisa digerakkan lagi. Lumpuh. Permanen.

Biaya operasi 8 juta. Biaya rawat inap 3 hari, 4.5 juta. Total 12.5 juta.

Perusahaan memberi 3 juta. Sisanya aku yang tanggung.

"Tapi Pak, kecelakaan ini karena mesin rusak! Saya sudah lapor sebelumnya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun