Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mesin Nomor 7

13 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 14 Oktober 2025   18:09 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini parah. Harus dijahit. Saya tidak bisa. Harus ke rumah sakit," kata suster itu sambil membalut jariku dengan kain kasa. Darah merembes tembus.

"Rumah sakit mana, Sus?"

"RS Umum terdekat. Tapi kamu harus bayar sendiri dulu. Nanti klaim ke BPJS."

Bayar sendiri? Aku tidak punya uang. Tabunganku cuma seratus ribu. Gajian masih dua minggu lagi.

Pak Hendro yang mengantarku berkata, "Poniyem, kamu ke RS dulu. Urusan biaya nanti dibahas sama HRD."

Aku dibawa ke RS dengan motor. Darah tidak berhenti keluar. Aku mulai pusing.

Di UGD, dokter melihat jariku. "Ini harus operasi kecil. Jahit saraf dan tendon. Biaya sekitar 8 juta."

Delapan juta.

Aku tidak punya uang segitu.

"Dok, saya pakai BPJS..."

"BPJS bisa. Tapi prosesnya butuh waktu. Dan harus ada rujukan dari puskesmas dulu. Kalau tidak, ini harus operasi sekarang atau jari Anda bisa permanen rusak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun