Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mesin Nomor 7

13 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 14 Oktober 2025   18:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mataku jatuh membasahi kain kafannya. "Kakak udah kerja keras. Tapi enggak pernah bisa cukup. Enggak pernah cukup." Tangisku berhamburan.

***

Aku kembali ke Jakarta setelah pemakaman. Kembali ke pabrik sialan itu. Kembali ke mesin-mesin yang berdentang keras menghantam takdirku.

Sekarang aku kerja di bagian pengemasan. Tangan kananku sering sakit. Jari telunjukku kaku. Tidak berguna. Benar-benar tidak lagi berguna.

Aku melihat mesin nomor 7. Sudah diperbaiki. Sekarang ada pekerja baru yang pakai. Perempuan muda. Mungkin sekitar umur 20 tahunan.

Dia belum tahu mesin itu dulu merenggut jariku. Dulu nyaris merenggut hidupku. Dulu... menjadi awal dari kehancuran keluargaku.

Aku ingin bilang ke dia: hati-hati.

Tapi, aku tidak bilang apa-apa. Aku hanya berjalan melewatinya. Menuju bagian pengemasan. Mengangkat kardus yang berat. Merasakan sakit di jari telunjukku yang rusak.

Sore nanti, aku akan terima gaji. 1.8 juta. Dikurangi cicilan hutang. Sisa 1.3 juta. Kirim ke kampung 1 juta untuk Bapak dan Ibu. Sisa 300 ribu untuk hidup sebulan.

Begitu seterusnya. Setiap bulan. Sampai utang lunas. Sampai aku tua. Sampai aku tidak kuat lagi.

Dan aku tahu, suatu hari nanti, mungkin mesin lain akan rusak. Pekerja lain akan kecelakaan. Jari lain akan robek. Atau lebih parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun