Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mesin Nomor 7

13 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 14 Oktober 2025   18:09 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bawa ke klinik! Cepat!"

***

"Poniyem, mesin nomor 7 itu rusak. Jangan dipake dulu," kata Wati, teman sesama buruh, waktu kami makan siang di kantin dua hari yang lalu.

"Emang kenapa, Wat?"

"Pedal sama tombolnya suka macet. Bahaya. Kemarin Tutik hampir kejepit. Untung sempat matiin dari steker."

Aku mengangguk. "Udah lapor belum ke mandor?"

"Udah. Tapi katanya nanti diperbaiki kalau ada dana. Sekarang pake dulu aja, hati-hati."

Aku ingat percakapan itu. Tapi aku tetap pakai mesin nomor 7 hari ini karena mesin lain sudah dipakai semua. Aku harus kejar target.

Dan sekarang jariku robek. Aku tidak menghiraukan ucapan Wati.

***

Klinik pabrik kecil. Cuma ada satu suster. Tidak ada dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun