Mohon tunggu...
I NYOMAN MAHA BUDHI SUJANA
I NYOMAN MAHA BUDHI SUJANA Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 Pendidikan IPA

Mahasiswa Pascasarjana yang mendalami kajian Pendidikan Sains. Memiliki minat pada pengembangan kurikulum, filsafat sains, dan analisis kebijakan pendidikan. Saya menggunakan platform ini untuk menuangkan hasil refleksi, analisis kritis, serta eksplorasi ide-ide baru di persimpangan antara sains, teknologi, dan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merangkai Ontologi Epistemologi dan Aksiologi dalam Pendidikan yang Bermakna

13 September 2025   18:48 Diperbarui: 13 September 2025   21:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ontologi adalah tentang apa, maka epistemologi adalah tentang bagaimana. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-usul, metode, struktur, dan validitas sebuah pengetahuan. Dalam dunia pendidikan, pertanyaannya menjadi sangat praktis: Bagaimana cara terbaik bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan? Bagaimana kita tahu bahwa sesuatu itu benar? Metode apa yang paling efektif untuk belajar?

Secara formal, "epistemologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber pengetahuan, metode, struktur, dan benar tidaknya suatu pengetahuan tersebut". Ini adalah ranah para pendidik sehari-hari, tempat di mana teori dan praktik bertemu.

Contohnya dalam proses pembelajaran di kelas:

  • Jika ontologi kita melihat siswa sebagai kendi kosong dan ilmu sebagai fakta eksternal (ontologi), maka secara epistemologis, cara belajar yang paling efektif adalah melalui transfer pengetahuan. Guru menjadi sumber utama kebenaran. Metode yang dominan adalah ceramah (empirisme) dimana siswa menerima pengetahuan melalui indera pendengaran dan penglihatan, serta latihan berulang (behaviorisme) untuk menanamkan fakta dan keterampilan. 
  • Jika ontologi kita melihat siswa sebagai makhluk rasional dan ilmu sebagai struktur logika (ontologi), maka pendekatan epistemologis kita akan menekankan penalaran dan logika (rasionalisme). Metode Pembelajarannya percaya bahwa akal dan logika adalah sumber utama pengetahuan. Ia akan mendorong siswa untuk banyak berdiskusi, berdebat, menganalisis, dan berpikir kritis. Baginya, kebenaran ditemukan melalui penalaran yang sistematis.
  • Jika ontologi kita memandang siswa sebagai benih berpotensi yang aktif membangun pemahaman (Ontologi), maka epistemologi yang paling sesuai adalah konstruktivisme. Pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dibangun secara aktif oleh siswa dalam benaknya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator yang merancang pengalaman belajar melalui proyek, studi kasus, dan eksperimen yang memungkinkan siswa mengkonstruksi pemahamannya sendiri. 

Dalam salah kajian yang ada diungkapkan bahwa, "Epistemologi Pendidikan Islam adalah upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunah." Kutipan ini menyoroti bahwa sumber pengetahuan (wahyu) menjadi pembeda fundamental dalam epistemologi pendidikan Islam. Namun, bukan berarti menafikan metode ilmiah lainnya. Justru, tantangannya adalah bagaimana mengintegrasikan berbagai sumber dan metode ini wahyu, akal, dan pengalaman secara harmonis.

Pemilihan metode mengajar, cara kita menyusun RPP, hingga bagaimana kita menilai pemahaman siswa, semuanya berakar dari keyakinan epistemologis kita. Tanpa menyadarinya, setiap guru sesungguhnya adalah seorang praktisi epistemologi. Pertanyaannya, apakah kita melakukannya secara sadar dan reflektif, atau hanya sekadar mengikuti kebiasaan?

3. Aksiologi: Menetapkan Arah dan Nilai ---Untuk Apa--- Pendidikan Itu?

Setelah membahas apa (ontologi) dan bagaimana (epistemologi), kita sampai pada puncak piramida: Aksiologi. Ini adalah cabang filsafat yang membahas tentang nilai (value). Aksiologi bertanya: Untuk apa pengetahuan itu digunakan? Apa tujuan akhir dari seluruh proses pendidikan ini? Nilai-nilai apa yang ingin kita tanamkan pada peserta didik?

Aksiologi adalah kompas moral dalam pendidikan. Ia memastikan bahwa ilmu pengetahuan yang hebat tidak jatuh ke tangan yang salah atau digunakan untuk tujuan yang merusak. Dalam definisi yang lebih teknis, "Aksiologi merupakan analisis tentang nilai-nilai yang berarti membatasi arti, ciri-ciri, asal, tipe, kriteria atau status epistemologi dari nilai tersebut." Dengan kata lain, aksiologi adalah tentang etika (apa yang baik dan buruk) dan estetika (apa yang indah).

Dalam konteks pendidikan karakter, peran aksiologi menjadi sangat sentral. Pendidikan tidak lagi dipandang netral, ia sarat dengan muatan nilai.

  • Apakah tujuan pendidikan hanya untuk mencetak tenaga kerja yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan industri? Jika ya, maka nilai-nilai yang ditekankan adalah efisiensi, produktivitas, dan pragmatisme. Pengetahuan dinilai dari kegunaan praktisnya.

  • Ataukah tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang utuh, berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab? Jika ya, maka nilai-nilai yang ditanamkan adalah kejujuran, empati, keadilan, kebijaksanaan, dan kepedulian sosial. Pengetahuan harus digunakan untuk kemaslahatan bersama.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun