Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Jurnalisme Digital: Perlawanan dan Masa Depan Kita

7 Januari 2016   15:33 Diperbarui: 24 Mei 2018   09:07 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang warga sedang mendokumentasikan peristiwa penting yang sedang berlangsung. (sumber: brandwatch.com)

"Kami bukan hanya ingin menyelamatkan jurnalistik investigasi, tapi juga memperkuatnya," cetus Arianna Hufinggton.

Mengapa pembiayaan atas peliputan investigasi ini sangat penting di dunia jurnalistik? Karena (sangat) mahal. Namun ia diperlukan sebagai produk informasi yang membongkar kejahatan-kejahatan besar di lingkungan korporasi dan pemerintahan yang berdampak luas bagi masyarakat.

Jurnalistik investigasi dilakukan dalam waktu panjang, intens dan mesti meliput ke banyak tempat terpisah. Perangkat yang digunakan juga tidak murah. Di sisi lain, dengan turunnya bisnis koran membuat perusahaan harus memotong anggaran, termasuk anggaran investigasi. Itu sebabnya dari waktu ke waktu makin sedikit koran yang menayangkan berita investigasi.

Lalu bila bukan koran yang melakukannya, siapa lagi? Netizen!

Seperti juga Huffpo, ProPublica juga memiliki program Investigative Journalism Fund yang mengumpulkan dana dari semua pihak untuk membiayai peliputan investigasi. Berkat dana inilah Sheri Fink, penulis di ProPublica meraih penghargaan jurnalistik Pulitzer di tahun 2010 atas tulisannya berjudul The Deadly Choices at Memorial.

MENGHADIRKAN TENAGA BARU LEWAT KOLABORASI

Tahun 2009 surat kabar Telegraph di Inggris memberitakan soal pengeluaran besar-besaran dan sangat mencurigakan dalam kampanye pemilu. Wartawan Telegraph mendapatkan informasi tersebut dari dokumen yang bocor dan menimbulkan kemarahan besar masyarakat. Pemerintah Inggris meresponnya dalam bentuk mempublikasikan 1 juta lebih dokumen pindaian secara online. Bagi Telegraph, ini merupakan pukulan balasan dari pemerintah dimana mereka dihadapkan pada 'tsunami dokumen' yang harus mereka verifikasi untuk membuktikan berita mereka. Dengan mengandalkan tenaga karyawan, penelitian akan dokumen itu bisa memakan waktu berbulan-bulan.


Namun, The Guardian sebagai kompetitor utama Telegraph, lebih cerdik. Mereka mengunduh semua dokumen itu, mengunggahnya kembali di situs mereka dan meminta semua orang menverifikasi 1 juta dokumen tersebut secara bersama-sama. Pengunjung situs bisa menandai setiap dokumen dengan tanda 'menarik', 'tidak menarik', 'menarik tapi sudah diketahui' dan 'investigasi ini!'. Dalam 18 jam, 20.000 pengunjung telah menverfikasi 170.000 dokumen, yang seluruhnya selesai dalam waktu kurang dari 4 hari. Biaya yang dikeluarkan The Guardian untuk proses kolaborasi ini hanya $ 150, namun berhasil mengungkap banyak skandal yang dilakukan di pembiayaan pemilu di Inggris.

Hal yang mirip juga dilakukan oleh Ainun Najib yang bersama puluhan voluntir menjalankan KawalPemilu, situs agregator perolehan suara Pilpres 2014, dan diverifikasi bersama oleh ribuan orang. Yang dilakukan Ainun Najib cs telah membawa kualitas demokrasi Indonesia yang lebih advance.

Demikianlah yang disebutkan COO Kompasiana Kang Pepih Nugraha dalam tulisannya Bukan Senjakala Kami. Kesadaran akan pentingnya berkolaborasi dengan para smart mobs di luar dinding news room telah sampai ke Kompas. Seperti pada poin ke-2 rekonstruksi yang ditawarkan Ignatius Haryanto, aktivitas reporting menjadilebih partisipatoris dan kolaboratif antara para wartawan dengan para freelancer, staf di universitas, para mahasiswa dan masyarakat umum. Pentingnya kolaborasi dengan jurnalis warga disebutkan secara spesifik di rekonstruksi poin ke-6.

"Para blogger ini bisa menjadi bagian untuk memperluas jangkauan berita media mainstream dan ia bisa memberikan masukan, menambahkan, bahkan menjadi pengecek fakta lapangan," kata Ignatius seperti dikutip Kang Pepih.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun