Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Jurnalisme Digital: Perlawanan dan Masa Depan Kita

7 Januari 2016   15:33 Diperbarui: 24 Mei 2018   09:07 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang warga sedang mendokumentasikan peristiwa penting yang sedang berlangsung. (sumber: brandwatch.com)

Ketika AS dilanda krisis ekonomi 2009 yang turut menyebabkan bangkrutnya raksasa otomotif General Motor (GM), para blogger di Huffpo bekerjasama membuat peta online interaktif lokasi dealer GM yang tutup. Seorang blogger Huffpo juga berhasil mendapatkan rekaman pembicaraan internal rahasia institusi keuangan raksasa Morgan Stanley yang menyebut bonus sebagai 'hadiah retensi' (retention award). 

Ketika itu Morgan Stanley baru mendapatkan bailout $60 miliar dari pemerintah AS dan membayar 'hadiah retensi' sangat besar kepada penasihat keuangan mereka. Luar biasa heboh dan marahnya warga AS ketika mengetahui uang pajak mereka dihambur-hamburkan kepada institusi yang menurut mereka ikut bertanggungjawab atas resesi ekonomi.

Tak seperti cara jurnalistik tradisional bekerja dengan perangkat konvensional. Netizen menggunakan berbagai instrumen baru dalam menciptakan kontennya: foto, video, audio, percakapan media sosial, sensor hingga geospacial.

Lalu apakah ini jurnalistik? Ya, karena ia merupakan kegiatan pengumpulan informasi sebagai proses penciptaan sebuah ulasan yang disampaikan ke publik.

Apakah ia bersandar pada pakem jurnalistik lama yang mayoritas dijalankan oleh institusi media? Tidak.

Apakah kegiatan dan karya jurnalistik yang dihasilkan netizen ini melahirkan perubahan yang lebih baik untuk masyarakat? Jelas.


Dalam masa-masa Pilpres AS 2008, Huffpo menggelar proyek Off The Bus. NamaOff The Bus ini untuk menyindir para wartawan media mainstream yang setiap pemilihan umum selalu ikut rombongan bus capres, cagub, calon anggota senat atau kongres, dan dianggap kehilangan objektivitas. Huffpo mengerahkan lebih dari 12.000 jurnalis warganya untuk memasang mata dan telinga selama masa kampanye -- meski tak ikut bus capres -- lalu membuat ulasan. Dalam Pilpres 2008 tersebut Huffpo menjadi media paling populer di kategori politik dan menjadi salah satu referensi utama capres serta tim suksesnya mempertajam strategi.

Di Kompasiana tercinta kita ini berkumpul 300.000 orang seperti Darwin Arya dan jumlahnya terus naik. Setiap hari kita mempublikasikan 700-1.000 tulisan yang sebagian besar merupakan karya jurnalistik: berita, feature dan opini. Angka yang menyaingi jumlah seluruh konten koran harian besar di Indonesia bila digabungkan.Setiap dari kita adalah 'sensor yang hidup' dengan 'insting jurnalistik yang menyala'. Hadir dari beragam latarbelakang pendidikan, ras, agama, pilihan politik, profesi, dan tak terikat pada politik keredaksian apapun.Media telah memasuki era prosumer. Gelombangnya bergemuruh ke seluruh jagad digital:blog crowdsourcing Indonesia lainnya, blog pribadi, dinding Facebook, linimasa Twitter hingga kanal di Youtube.

Tentu saja terdapat banyak noise ketimbang voice dalam gemuruh tersebut. Sama halnya seperti konten media mainstream, berapa persen kontennya yang kita anggap sebagai voice? Mungkin hanya satu dua. Sisanya noise yang kemudian kita tinggalkan, tak kita tonton atau dengarkan.

Namun seperti juga sifat voice di media mainstream, voice dalam konten atau jurnalisme digital juga bisa menjadi pemicu sebuah peristiwa atau perubahan besar. Seperti yang terjadi setelah tulisan Rumah Kaca Abraham Samad tayang dan Buka Dulu Topengmu Sudirman Said. Ada juga tulisan Jilbab Hitam soal Tempo dan yang belakangan ramai adalah tulisan Mawalu soal Herman Hery.

Tak ada yang bisa membendung kekuatan kerumunan ini. Bila ia tak bisa disebut sebagai jurnalistik yang sebenarnya, maka sebutlah sebagai jurnalisme digital atau jurnalisme alternatif. Atau apapun itu.

DUNIA PARA AMATIR YANG MERESAHKAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun