“Itu cowok nekat banget sih, udah tau diliatin banyak orang masih aja mesra-mesraan,” Monika langsung sewot.
Dipandanginya wajah Nabila yang langsung sembab. Bahu Nabila terlihat berguncang hebat, ia mulai terisak, kecil. Monika langsung meraih pundak Nabila ke dalam rengkuhannya.
Monika membawa sahabat karibnya itu keluar dari arena pertunjukan kolam utama. Nabila masih terisak dalam rengkuhannya.
Sepasang mata mengawasi mereka. Itu milik Rudi. Hatinya seperti tertohok. Sempurna. Sebuah rencana besar yang nyaris tanpa cacat. Eleanor memang sutradara andal untuk merancang semua. Pun untuk merancang P terakhir untuk Nabila, Piranha.
Rudi mengambil msecarik kertas yang terselip di sakunya yang berisi deretan kata yang diawali huruf P dengan stabilo merah. Ia menatap Rayi. “Cukup, ini P terakhir untuk Nabila,” Rudi lalu menyerahkan secarik kertas itu pada Rayi. Di sebelahnya, Eleanor tersenyum senang. (*)
Cerpen ini pernah dimuat di Gaul edisi 39, 11-17 Oktober 2010.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI