Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tidak Mau Menggambar Lagi

5 Desember 2019   01:39 Diperbarui: 5 Desember 2019   02:13 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aduhai, sungguh berat melakoni hidup ini, pikir saya di sela menarik garis berisi notasi ukuran detailnya.

Saya juga menduga bahwa Sarwan tidak sedang menyadari tentang perbudakan yang nyata ini. Dengan ketiadaan konsultan perencana, gambar kerja yang tidak akurat, aneka perubahan pekerjaan, dan faktor usia Pak Demun yang sudah delapan puluhan tahun dengan terkadang lupa merupakan persoalan serius.  

Sarwan pernah menceritakan ikhwal proyek kali ini sebagai kelanjutan dari proyek sebelumnya di lokasi lainnya. Sarwan kecewa berat karena ia merasa dilecehkan oleh dua bos kontraktor lainnya di sana. Di proyek kali ini Sarwan berambisi untuk membuktikan dirinya mampu.

Aduhai, Sarwan. Diperbudak ambisi justru bisa "bunuh diri" lho. Harga yang berubah, bahkan jauh di bawah harga standar minimal dalam penawaran merupakan upaya "bunuh diri" secara perlahan.

Bu Lia sudah sering mengingatkan bahwa pekerjaan yang disodorkan oleh Pak Demun merupakan pengisapan segala aspek kemanusiaan. Drakula yang senyatanya. Sarwan dipekerjakan seolah sekadar mandor dengan harga jasa yang kedodoran.

***

Jauh bulan sebelum bergabung dalam pekerjaan ini, saya memang pernah ditawari posisi oleh Sarwan untuk menangani pekerjaan pengembang. Saya menolak tawarannya.

"Gajinya lebih besar lho, Ji."

"Terserah mau besarnya seberapa pun, Wan. Aku sudah berjanji untuk bekerja di tempatmu, bukannya ke pengembang karena gaji yang besar itu."

Sebelumnya pun saya disiapkan Sarwan dengan posisi tenaga lapangan, fasilitas tinggal, kendaraan, gaji, bahkan iming-iming sejumlah bonus. Saya tidak tertarik pada bonus, karena terlalu dini memikirkan itu. Lha wong bekerja saja belum, berprestasi saja belum, kok nekat memikirkan bonus, sih?

"Ya, terserah kamu deh, Ji."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun