"Negara yang meninggalkan pendidikan moral sedang menanam benih kehancurannya sendiri."
(Copleston, 2020 & Nurhayati et all., 2022)
Pandangan Aristoteles: Hilangnya Kebajikan dan Karakter Sosial
Murid Plato, Aristoteles (384--322 SM), menekankan bahwa tujuan pendidikan adalah menanamkan eudaimonia kebahagiaan sejati yang lahir dari kebajikan.
Dalam Nicomachean Ethics, ia menulis:
"Kita menjadi baik bukan karena tahu apa itu kebaikan, tetapi karena terbiasa melakukan kebaikan."
Fenomena pengemis di Mataram menunjukkan bahwa kebajikan sosial tidak lagi menjadi kebiasaan hidup masyarakat. Para pengemis terbiasa bergantung pada empati publik, sementara masyarakat terbiasa merasa "baik" hanya dengan memberi uang receh tanpa memikirkan akar masalahnya.
Inilah yang disebut Aristoteles sebagai akrasia, kelemahan kehendak moral.
Kita tahu yang benar (membantu melalui pemberdayaan dan pendidikan), tetapi memilih yang mudah (memberi belas kasihan sesaat).
Pendidikan modern terlalu fokus pada kecerdasan kognitif dan melupakan pendidikan karakter sosial.
"Tanpa pembiasaan kebajikan, manusia berpendidikan hanyalah mesin pengetahuan tanpa arah moral."