"Maafkan Mas, Nam. Rika banyak sekali menolong Mas. Mas akan tetap menikahinya." keputusan Mas Adit sudah bulat. jika ia memang bermaksud seperti itu maka tidak akan ada yang bisa merubahnya. "Rika butuh pertolongan Mas. Mas mohon kalian mengerti."
"Baiklah, ceraikan Nam. Nam akan pulang ke rumah Ibu." putusku saat itu.
Mbak Ningrum dan Mbak Dewi tidak dapat lagi melarang Mas Adit. seperti halnya mereka tidak dapat menghalagi niatku untuk bercerai.
"Maafkan Nam ya Mbak." satu per satu ku peluki Mbak Ningrum dan Mbak Dewi. mereka sesenggukan menahanku.
***
1 tahun kemudian.
"Nam, Mas mau bercerai dengan Rika. ternyata Mas yang salah. Mas ga mau percaya kamu."
aku hanya terdiam mendengar ucapannya saat itu. selepas bercerai, aku membuka usaha warung. modalnya aku dapatkan dari tabunganku selama ini. awalnya warung kecil-kecilan namun setelah 6 bulan berjalan alhamdulillah mendapat respon yang bagus. akhirnya aku memberanikan diri untuk mencari pinjaman modal dan membuka rumah makan cukup besar. dan alhamdulillah hingga saat ini rumah makan tersebut berjalan lancar.
mas adit memaksaku untuk menerima bantuan modal darinya. tapi aku menolak. aku katakan kepadanya bahwa aku benar-benar ingin mandiri tidka tergantung kepadanya. meski bagas masih menerima uang bulanan darinya, tapi aku tidak mau jika ia menambah untukku. aku hanya mau menerima jatah bulanan bagas saja. toh akhirnya aku pun tidak lagi tergantung kepadanya dan dapat membuka usaha sendiri dari hasil kerja kerasku.
"Nam, kita rujuk yuk Nam. Mas ga bisa ga ada kamu." pintanya.
aku cukup terkejut dengan ajakannya rujuk tersebut. apalagi setelah Mas Adit menikah dengan Rika, komunikasi kami hanya sebatas tentang Bagas. dan itupun hanya melalui telepon. ia mengaku bahwa Rika tidak memperbolehkannya menemuiku.