***
1 bulan berikutnya Mas Adit sama sekali tidak menyinggung soal Rika. Mbak Ningrum dan Mbak Dewi juga memahami penolakanku dengan diam saja. Tapi aku masih merasa curiga kepada Mas Adit. Hingga malam itu saat Mas Adit mengunjungiku, dan setelah ia terlelap selepas bercinta hebat, aku yang masih terganggu perkara Rika, membuka HP Mas Adit tanpa ijinnya. Tidak biasanya aku berlaku seperti maling. Aku sembunyi-sembunyi membawa HP Mas Adit ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. Aku membuka homescreennya. Nampak foto kami bertujuh tertawa bersama saat jalan-jalan ke Lombok. Lalu mulai ku baca satu persatu pesan di aplikasi chatting kepunyaan Mas Adit. Aku pun menemukan kontak Rika dengan nama yang tidak dirahasiakan.
Mas.. maaf ya waktu itu terpaksa minta tolong lagi sama Mas. Wahyu semakin hari semakin kasar padaku..
Mas.. kalau nanti kita menikah gimana pendapat Mas? Seneng ga nikah sama aku? Aku siap kok jadi istri ke4.
Mas.. mungkin nanti Inam yang akan menolak hubungan kita. Dia memang dari dulu salah sangka padaku. Aku maklum kok Mas. Pelan-pelan aja gpp..
Mas.. Rika kangen. Makan siang bareng yuk
Serasa memakan duri, tenggorokannku tercekat membaca isi pesan-pesan tersebut. Jadi selama ini Rika masih saja menghubungi Mas Adit. Mas Adit pun juga sesekali membalasi pesan-pesan dari Rika dengan cukup antusias.
pesan-pesan manis dari rika seolah menjadi sekam dalam hubunganku dengan Mas Adit. Meskipun ku dapati balasan pesan dari Mas Adit tidak menampakkan kemesraan tapi tetap saja aku marah.
***
2 bulan berikutnya
"Aku ga sanggup, Mas.. Mas pilih dia atau pertahankan aku." ia pun tergagap seribu bahasa.