Mohon tunggu...
Fajar R. Wirasandjaya
Fajar R. Wirasandjaya Mohon Tunggu... Freelancer - www.narasiinspirasi.com

Langkah kecil untuk kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angin yang Menggetarkan Hati

21 Agustus 2019   17:19 Diperbarui: 28 Agustus 2019   18:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gunung/Yudhi Sykes

Di sinilah kita...
Melalui angin bertanya...
Di atas langit nan jauh...
Menyaksikan layar berlabuh
Menyaksikan semesta beserta akhir kisahnya
Melintasi laut mendaki gunung-gunung yang tercemar noda,

Bersama hujan kita telah berjalan jauh dan luas
Melalui bintang-bintang diantara kegelapan yang paling gelap
Berjalan beriringan dalam mimpi yang tak pernah berhenti
Terik matahari dan hujan musim dingin tak lagi berarti
Melangkah pelan disapa embun yang berkilau di pucuk daun
Ada perasaan yang tersimpan tapi masih tertahan

Pejamkan matamu untuk melihat hari yang lebih cerah
Tempat di mana waktu tak akan pernah bisa mengganggu
Kemudian menghidupkan kembali mimpi yang telah berlalu
Sekali lagi kita seorang diri menyusuri jalan yang sepi ini
Sendirian mengikuti cahaya samar berteman dengan sunyi
Kita tersesat dalam ingatan tentang apa yang kita tinggalkan

Ketakutan mengintai datang menyergap kembali
Di balik gulita selamanya ia akan bertahan di sana
Menenggelamkan ingatan dalam perihnya jeritan
Kemudian kita tersesat menyusuri jalanan sepi kemarin hari
Tutuplah matamu untuk melihat cahaya yang lebih cerah

Dan sendirian kita berada di mana waktu tak bisa mengganggu
Melangkah lepas bebas berjingkrak tak lagi terbelenggu
Ingatan lama masihlah samar-samar tersisa,
Ketika menyaksikan air mata itu,
Ketika mendengar dusta kala itu,
Apakah ini alasannya?

Di sinilah kita sunyi memandang jauh ke atas langit
Menyaksikan seluruh dunia dan bagaimana akhir kisahnya
Menembus salju, melintasi lembah, naik turun bukit
Gunung yang tercemar kita daki tanpa rasa sakit
Berbahagialah... Berbahagialah...
Sekarang telah kita temukan cahaya penuntun...
Sekarang telah kita temukan cahaya penuntun...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun