Mohon tunggu...
Fathan Roshish
Fathan Roshish Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Dan, Bum! (2)

21 Juli 2018   23:35 Diperbarui: 22 Juli 2018   04:15 2284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guruku dulu bilang,

Semua ledakan berakhir pada satu,

Kehancuran.

Kecuali satu, katanya.

Big bang, ledakan asal mula penciptaan.

Dahulunya aku percaya,

Tapi tidak lagi sejak senyumanmu itu hadir.

Kau tau rasanya?

Ledakan manis yang buat akal tidak lagi rasional.

Aku bungkam kata-kata guru.

Toh, semenjak ada senyumanmu hatiku meledak dalam kebahagiaan.

Meledak karena cinta, meledak karena penasaran.

Tapi akulah yang terlalu bodoh,

Mungkin.

Ledakan itu cuma manis diawal,

Menikam diakhir.

Aku perih, dalam harapan dan angan.

Semua diam, termasuk kau yang memberi bahan ledakan itu,

Senyumanmu.

Aku menderita, mencintai kebodohan.

Bagaimana tidak bodoh?

Mempertahankan bara yang juga membara kepada api lain,

Adalah bodoh.

Ketulusan ternyata tidak cukup baik,

Untuk bisa menjinakan ledakan itu.

Ternyata guru benar.

Semua ledakan pasti berkahir satu,

Kehancuran.

Dan, Bum !

Selamat,

Hatiku meledak atas manis senyummu.

Bahkan ia juga hancur atas itu.

Gerung, 21 Juli 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun