Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dilema Kau dan Aku

7 April 2024   10:39 Diperbarui: 7 April 2024   10:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: Pixabay 

Kau dan Aku mendekam  pada ruang gulita tanpa hawa
Saat  bulan  menuju  purnama
Kau sundul  dinding rahim sang bunda
Enam puluh almanak  jarak tempuh kau lewati
Ketika  aku   berlarian di kandil aras

Kau dan Aku  bersemedi di kelamnya alam
Menerawang masa, menunggu genapnya bulan
Mulut menganga mengharap  tetesan purnama meredup
Kaki nakalmu mengusik lelapnya sang bunda
Tlah Kau  kau lilit cita pada tali pusar  kasih tak putus

Kau dan Aku dua jiwa berbeda masa
Melepas dahaga pada satu telaga
Bedanya, kau diselingkuhi iblis
Kau mengulum butiran garam di laut dendam
Warna hitam putih beradu dalam tatapan
Kulihat lidah menjulur di matamu

Kau dan aku satu susuan berbeda rasa
Kilatan  petir menyambar   di dada mu
Alas tidur tlah  menguapkan  kebencian di wajahmu
Aku terhempas amukan kristal dendam dalam bayangmu
Bara sisa masa lalu dihembus angin malam
Hingga kau robek jubah suci pembungkus rasa

Baca juga: Aku dan Puisi

Kau dan aku satu  rumah  berbeda tingkap
Derasnya aliran darah kau sumbat dengan dendam
Aku mengulum rindu dalam kepiluan
Kobaran api kupadamkan dengan ludah di pangkal lidah

Ah kau.....!
Ternyata matahari slalu memangang jiwa
Tak penting kita satu rasa
Jika noda menutup jiwamu
Kau...
Kiblat tlah berganti haluan

Lhokseumawe,7 April  2024

Baca juga: Puisi: Dilema

Baca juga: Aku dan Penyair

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun