Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pernyataan yang Menghentak

8 Juli 2021   19:41 Diperbarui: 8 Juli 2021   19:45 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, dok/Unsplash

"Ekspektasimu terlalu jauh dan sangat tinggi." Katanya waktu itu sebelum masuk ke ruang cek in badara. Sejak itu kami tidak lagi bertemu, dia ke Jerman aku ke Inggris.

"Kak, telah aku buktikan kata-kataku dahulu. Ketika aku selesai, aku akan balik dan membagun Indonesia bersamamu."

Aku tersentak dibuatnya. Lalu terdiam sesaat, kata-kata barusan menyusup masuk ke dalam jiwaku, "membangun Indonesia bersamaku. Sunggu aku mau Azzahra, betapa telah lama aku menantimu."

"Kak, kok bengong." Ucapnya lagi sembari menyentuh tangaku membuat aku menatap wajahnya lebih dalam.

Mata itu, sungguh tidak bisa aku jelaskan lagi. Andai si Sukab itu hadir ke sini, aku akan bilang ke dia, yang paling indah bukanlah senja untuk Alina yang dia sobek itu. Melainkan bola mata Azzahra, seorang jelita yang kini duduk tepat di depanku.

"Oh iya, kamu telah membuktikan. Kita akan bangun Indonesia dengan pemikiran dan ide yang kita peroleh." Ucapku sedikit gugup.

"Iya kak, saatnya kita membagun negeri ini." Ucapnya dengan senyum yang semakin mekar di wajahnya.

Ah, senyum itu. Kau buat aku tidak berdaya Azzahra. Betapa kau tau, senyum itu membuat aku berkali-kali lunglai dalam lautan rindu. Sungguh Sukab keliru, yang cantik dan manis itu bukan Alina, melainkan kamu Azzahra. Andai si Sukab melihat Azzahra, pasti dia akan keponyongan, "ah tidak, aku tidak mau Sukab sampai tahu."

Lalu, Azzahra mulai bercerita. Perlahan aku hanyut dalam suaranya yang lembut nun syahdu. Kalimatnya tersusun rapi keluar dari mulutnya. Seperti gugus pulau raja ampat, tapi raja ampat tidak lebih indah. Masih jauh dari keindahannya. Aku tetap memilih menyimak setiap percakapannya, mulai dari kisah dan ceritanya di Jerman sampai urusan sekecilnya. Aku semakin larut dalam samudra percakapan yang buat itu. Samudra yang arusnya menghanyutkan teduh juga gelombangnya yang membawa damai.

Sementara malam kian larut, juice alpukad sudah habis kami teguk. Para pengunjung perlahan mulai keluar dari kedai. Dia masih terus bercerita, aku masih saja memenamkan diri dalam ceritanya. Lalu sesaat kemudian, dia perlahan mengaragkan wajahnya dekat ke telingaku.

Aku tidak tahu apa yang dia lakukan, sementara posisi wajahnya kian dekat. Aku dibuat gugup menyaksikan lakunya itu. "Azzahra, jangan buat aku menahan derita. Keindahanmu itu bisa membuat aku tercelup ke dalam lautan dosa." Aku membatin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun