Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Sebuah Pernyataan yang Menghentak

8 Juli 2021   19:41 Diperbarui: 8 Juli 2021   19:45 237 11
"Kak, tunggu aku di kedai rindu tepat pukul 21:00Wit."

Begitulah isi sebuah pesan yang mendarat di whatsAppku. Aku langsung di buat bingung, karena tidak pernah membuat janji dengan sesiapapun sebelumnya. Terlebih, pesan itu dari nomor yang tak dikenal. Sejurus kemudian aku layangkan sebuah pesan ke nomor tersebut.

"Maaf dengan siapa sebelumnya?"

Tidak butuh waktu lama, dengan cepat pesan itu di baca olehnya. Aku menunggu balasanya dengan gelagat pikir yang penuh tanya. Beberapa menit kemudian, balasan darinya belum kunjung datang. Aku mulai menerkan dengan serbuat pernyataan sinis. "Ah, mungkin ini ulah teman-teman yang coba mengusiliku." Aku membuat kesimpulan.

Sesaat ketika hendak masuk mengambil buku bacaan, handphoneku tiba-tiba memekik. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal tadi mendarat. Dengan penasaran yang mengganjal, secepatnya aku buka pesan tersebut.

"Azzahra kak. Tunggu aku ya tepat pukul 21:00 wit di kedai rindu."

Mataku langsung terbelalak membaca pesan itu. Spontan, jantungku berdetak kencang, lalu rasa haru dan bahagian ikut mengendus jiwaku. Seperti sapuan angin pagi yang serabutan masuk di selah ranting dan dedaun nyiur di bibir pantai.

Aku seakan tidak percaya dengan apa yang aku baca. Bagiku ini seperti mimpi yang menguyur tidurku. Namun kebahagian kian meninggi, membuat imajinasiku tidak mempu melahirkan sebuah tanya.

"Bertahun-tahun nanti mengendap dalam tanya, akhirnya sebentar terjawab." Gumaku dengan bahagia yang kini memasung jiwaku.
                                  ***
Aku tiba di kedai rindu tepat pukul 20:45 Wit. Lalu duduk di pojok kiri tepat menghadap pintu masuk. Aku memilih tempat itu agar bisa melihatnya dari jauh ketika dia masuk ke sini, juga agar dia dengan cepat mengenali tanpa harus mencari-cari wujudku.

"Pesan apa mas?" Ucap seorang pelayan menghampiriku.

"Sebentar ya mbak, aku lagi nunggu orang. Jika sudah datang nanti kami pesan." Jawabku, lalu dengan cepat pelayan itu kembali ke belakang.

Sembari menunggunya, aku membenamkan diri kedalam lautan maya, perlahan melumat gurihnya berita yang disajikan berbagai media sembari menungguhnya. Aku masih terus membaca, sesekali tatapan aku arahkan ke pintu depan. Sesaat, dia masih juga hampa, wujudnya belum terlihat di balik pintu. Hanya desah-desuh orang yang lali lalang. Padahal sudah puluhan berita aku lahap habis.

"Ah, mungkin ini hanya kerjaan teman-teman saja. Mereka mungkin mengelabuiku." Keraguan mulai menyusup masuk ke alam pikirku. Sedang mataku terus meraba-raba mencari sosok yang aku tunggu. Waktu menunjukan pukul 21:05 wit, dia belum juga kunjung datang. Padahal ini sudah melampaui kesepakatan kami.

"Mungkin di jalan macet, santai dia pasti datang." Pikirku positif, mencoba mengusir setiap keraguan yang datang. "Jika memang dia tidak datang, berarti dia bukan ditakdirkan utukku." Aku kembali membatin.

Ketika aku hendak mengirim sebuah pesan, sesaat bersamaan, mataku menyoroti seorang perempuan yang menggunakan gamis dan berkacamata muncul dibalik pintu. Terlihat, dia perlahan masuk dengan pandangan yang meraba-raba seperti mencari seseorang.

Aku langsung mengamatinya beberapa saat dengan saksama, sembari mengucek-ngucek mata memastikan itu Azzahra. Benar saja, dia adalah Azzahra perempuan yang aku tunggu sedari lama. Rasa bahagia langsung menyelimuti jiwaku, sesaat keraguan-keraguan itu hilang. Aku langsung tersenyum-senyum sendiri menatapnya.

Tidak menunggu, aku acungkan tangan memberi isyarat, dia langsung mengenali dan berjalan kearahku dengan senyum yang menawan. Aku seakan tidak percaya melihatnya. Perpaduan warna gamis soft grey dengan khimar pastel, ditambah kacamata bening yang menempel di bolah matanya, juga senyum yang mengambang di wajahnya itu membuat dia sungguh menawan malam itu.

Pesonanya membuat aku hanyut kedalam taman, yang keindahan tidak bisa aku uraikan dengan kata-kata. Dia cantik melebihi putri salju dalam dongeng yang ditulis Tira Ikranegara. Juga jelita mengalahkan Ken Dedes yang ada dalam legenda.

Setelah sekian tahun berpisah denganya, akhirnya aku bisa kembali bertemu denganya. Azzahra adalah seorang perempuan dengan pribadi yang santai, sikapnya santun dan memiliki senyum yang menawan. Aku mengaguminya sejak lama, saat kami sama-sama kulia strata satu di Universitas Khairun. Kami lalu berpisah, ketika dia memilih melanjutkan studi di Jerman. Sementara aku lebih memilih di Inggris.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun