Mohon tunggu...
Ersalrif Ersalrif
Ersalrif Ersalrif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Saya seorang single mom, bekerja serabutan. Hobi saya membaca, menulis, melukis dan daur ulang barang bekas. Saya seorang yang introvert, tapi berusaha belajar untuk dua buah hati saya. Menulis adalah sarana healing untuk hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dan Menyesali

4 Januari 2023   09:50 Diperbarui: 4 Januari 2023   10:00 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan Menyesal
Karya. Ersalrif

Malam merambat begitu lambat. Jemari gulita mencengkeram alam persada dengan kesunyian yang begitu mencekam. Mata Rindu masih nyalang menatap daun pintu. Berharap Dan segera pulang dan membukanya.

Hati Rindu sangat resah sekali. Hari ini adalah waktu Dan kembali dari Tangerang. Namun, sejak kemarin tiba-tiba hape Dan tak bisa dihubungi. Apalagi Rindu menemukan postingan seorang perempuan, yang mengupload foto mesranya bersama Dan.

Beberapa kerabat heboh dengan postingan aplikasi biru itu. Mereka terus bertanya kepada Rindu tentang hubungan Dan dengan perempuan itu. Rindu menarik napas berat, lalu mengusap kasar wajahnya. Sudah tak ada lagi air mata yang bisa ditumpahkan. Hati Rindu menjadi kebas.

"Rin, kamu sudah pulang dari rumah sakit?" tanya Lily kakak iparnya kemarin sore, "naik apa pulangnya?" tanyanya lagi prihatin.

"Diantar Dokter Adi, Mbak!" sahut Rindu malas.

Dia memang tak biasa terbuka dengan keluarga. Semua permasalahan selalu ditelannya sendiri. Apalagi sang kakak ipar, yang hanya bertanya untuk basa-basi.

"Kamu nggak minta Dan pulang?" tanya Lily dengan geram.

"Nggak, katanya besok pulang, Mbak!" sahut Rindu sambil menepuk-nepuk pantat Ardi, bayinya yang baru dilahirkan lewat operasi cesar lima hari yang lalu.

"Kebangetan suamimu itu, Rin! Istri melahirkan bukannya ditungguin, malahhh...," celetuk Lily menggantung, "buka aplikasi birunya Dan deh, Rin!" ujar Lily dengan intonasi tampak marah.

"Iya, Mbak!" sahut Rindu enggan.

Rindu tahu, jika Dan memblokir seluruh akunnya, tapi dia sudah membuat akun bayangan dengan wajah orang lain. Rindu sempat terkejut, saat Dan langsung menerima pertemanan. Bahkan beberapa kali suaminya itu, mengirimkan pesan rayuan ke akun kloningannya iti.

Rindu tak habis pikir dengan kelakuan Dan yang sering bermain api. Beberapa kali Rindu mendapati suaminya itu, menerima telepon di tengah malam. Rindu mencoba mengabaikan, saat Dan beringsut pelan-pelan dari tempat tidur, dan menjawab telepon itu di kamar mandi.

Pernah Rindu begitu penasaran dengan apa, dan siapa yang menghubungi suaminya itu di tengah malam buta. Dia meletakkan alat penyadap di atas rak peralatan mandi. Betapa terkejutnya Rindu saat memutar rekaman itu keesokan harinya.

"Duh, baru juga berpisah, udah kangen aja, nih?" terdengar suara Dan jelas sekali.

'Mmm, iya, iya, besok ketemu lagi di hotel biasa, ya? Suamimu masih belum pulang?" tanya Dan begitu mesra, "ooh, kalo begitu aku ke situ, ya? Bilang aja aku ade atau siapa gitu! Hehe.... . Oke, aku langsung otewe, nih? Kalo siang, nggak puas, Say, diganggu ma si babi dan lain-lain, haha... ." gelak Dan terdengar girang, "pakai baju yang seksi, ya!" katanya lagi dengan antusias.

Rindu menitikkan air mata. Setelahnya Dan meminta ijin pada Rindu yang sudah terlelap pada waktu itu, dengan alasan mengantar teman yang sedang sakit.

Rindu mencari tahu, siapa perempuan itu? Ternyata dia Nova, perempuan yang pernah diajak ke rumah dan diperkenalkan sebagai Tante Nova, adik tiri mertua lakinya.

Rindu menyelidikinya hingga berbulan-bulan. Setelah bukti sudah terkumpul, dia mendatangi rumah Nova dan mencoba berbicara dari hati ke hati.

"Tante sudah mempunyai suami, kenapa malah berselingkuh dengan Dan?" tanya Rindu tanpa basa-basi lagi.

"Kamu itu ngomong apa sih, Rin? Dateng-dateng langsung nuduh begitu?" tegur Nova memasang wajah tak senang.

"Rindu tidak asal menuduhTante Nova, ini apa?" ujar Rindu sembari mengeluarkan beberapa foto yang sudah diprintnya di kantor.

Mata Nova terbelalak kaget, melihat beberapa foto mesranya bersama Dan. Bahkan beberapa ada dengan pose tak senonoh. Di sana ada juga tangkapan layar berisi pesan, yang sangat jelas terbaca. Wajah Nova menegang dan pucat pasi.

"Saya mempunyai duplikatnya di mana-mana. Jika Tante masih mau melanjutkan hubungan terlarang ini, saya akan kirimkan kepada Om Jojon!" ancam Rindu dingin.

"Mengirim apa, Mbak Rindu?" tanya Om Jojon tiba-tiba sudah berdiri di belakang Nova.

Rindu sangat kaget mendapati hal di luar dugaannya itu, jika suami Tante Nova tengah berada di rumah. Tampak mata Om Jojon sudah terbelalak melihat hamparan foto yang berada di atas meja. Beberapa lembar foto, sengaja diprint dengan ukuran besar, jadi sangat jelas ditangkap mata.

"Eh, apa-apaan, ini?" tanya Om Jojon geram.

Tangan Nova berusaha meraih lembaran itu dengan tangan gemetaran. Air mata sudah mengalir deras di wajahnya yang pucat pasi.

"Nova?" bentak Om Jojon keras.

"M-mmmaaf, Mas!" sahut Nova gemetaran.

"Mbak Rindu, bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Om Jojon sembari meraih beberapa foto dengan gemetaran, dia juga membaca print beberapa pesan antara Dan-Nova yang teramat vulgar, "Kenapa juga tidak memberitahukan saya?" tanya Om Jojon terdengar seperti keluhan.

"M-mmmaaf, Om! S-sssaya...," sahut Rindu bingung.

"Kalo saya tidak tepat berada di rumah sekarang ini, dan melihat semuanya, mungkinkah Mbak Rindu merahasiakan ini?" tanya Om Jojon dengan tatapan yang tak bisa diterka.

Rindu gelagapan mendapati sorot mata Om Jojon, yang tampak terpukul, marah dan juga terluka itu.

"Om, lebih baik saya pulang saja, ya? Maaf, Tante, saya bener-bener tak tahu kalo Om, ada di rumah, permisi!" ujar Rindu seraya bangkit dan bergegas meninggalkan ruangan itu.

"Ya, hati-hati di jalan, Mbak!" sahut Om Jojon yang kemudian beralih, menatap istrinya dengan kilat kebencian dan rasa jijik.

Rindu segera menaiki motor matiknya dan kembali ke kantor. Dadanya sangat sesak. Dia ingin menangis dan menjerit, tapi ditahannya.

Kembali ditelannya rasa sakit itu sendiri. Mencoba fokus pada pekerjaannya.

Sepulangnya dari kantor, terlihat mobil Dan sudah terparkir manis di parkiran komplek rumah mereka. Betapa terkejutnya Rindu, melihat Dan meringkuk di sofa dalam keadaan babak belur.

Dalam diam Rindu merawat luka Dan. Dia juga tak mau memandang mata Dan. Tangan Rindu lembut membasuh semua luka, tanpa bertanya. Tiga hari Rindu tak masuk kerja, karena Dan demam. Rindu terus merawat dan melakukan tugasnya sebagai istri yang baik.

Dan menangis, meminta maaf dan memohon kesempatan lagi. Rindu memberikannya, karena biar bagaimanapun Dan suaminya, laki-laki yang dipilihnya untuk menemaninya.

Rindu keluar dari pekerjaannya, untuk fokus membina rumah tangga dengan suaminya. Mereka mulai menjalani program memiliki momongan. Namun, setelah setahun berlalu, hingga Rindu mengandung dan melahirkan, Dan kedapatan selingkuh kembali.

Parahnya, kini semua kegiatan haramnya itu diposting ke sosial medianya. Tanpa rasa malu sedikitpun, Dan memamerkan kemesraannya dengan perempuan yang jauh lebih muda.

Rindu memeluk Ardi, menatap wajah polos bayinya dan tersenyum.

"Tenang, Nak!" ujar Rindu sembari mencium pipi halus Ardi, "semua akan baik-baik saja, walau nantinya kamu tumbuh tanpa ayahmu!" kata Rindu sambil menimang Ardi.

Bayi mungil itupun kembali terlelap. Dia seakan mengerti, ibunya sedang resah, dan dia tak ingin menambah kekalutan hati ibunya.

Kreeek!

Pintu terbuka, Dan melangkah ke dalam sambil menggandeng mesra tangan seorang gadis, yang sudah menemaninya beberapa malam ini.
Gadis itu menatap sinis pada Rindu, memandangi dari atas dan bawah dengan sorot mata jijik.

"Berhenti mrmandangku seperti itu, Nona!" gertak Rindu keras, "bagus, kamu berani membawa perempuan ini ke rumah, jadi, kita bisa selesaikan malam ini juga!" kata Rindu tegar, "tunggu di situ saja, aku taruh Ardi ke kamar dulu!" perintah Rindu ketus.

"Bolehkah aku memeluk Ardi sebentar, Rin?" pinta Dan bergetar.

Dia melihat kaki bayinya bergerak di balik selimut, begitu lucu sekali.Tiba-tiba dia menyesali perbuatannya terakhir ini, penyesalan yang datangnya sangat terlambat sekali.

"Untuk apa? Bukannya ini anak haram, Dan?" sergah Rindu sinis.

"A-aaapa? Aku khilaf, Rin!" sahut Dan menatap Rindu dengan memelas.

"Khilaf, katamu? Makan saja alasan tak masuk akalmu itu, Dan!" bentak Rindu sambil menatap tajam Dan, "berhenti di situ, jangan masuk kamar ini!" perintah Rindu tegas.

"Apa-apaan sih, A'? Pake acara mau peluk anak haram itu segala!" tegur Ria yang sedari tadi sangat kesal melihat Rindu.

Gadis itu dengan pongah menatap Rindu. Perempuan yang beberapa kali dia teror, untuk melepaskan Dan. Bahkan dialah yang meniupkan fitnahan tentang bayi haram itu.

Ria Amelia Putri, gadis cantik itu semakin kesal dan marah, saat Dan sempat memintanya untuk meminta maaf dan meminta belas kasihan juga pada Rindu.

"Ish, apaan sih, A'?" rajuk Ria kesal, "Eneng nggak mau!" tolaknya sambil cemberut.

"Neng, ayolah! bilang aja kita khilaf, dan minta dia untuk mengijinkan Aa menikahimu!" bujuk Dan lembut.

"Nggak mau, katanya Aa mau menceraikan babi itu?" pekik Ria emosi, "Eneng nggak mau jadi yang kedua, titik!" ujarnya lagi sambil membuang muka.

"Neng, semua yang Aa pegang itu, semua hasil usahanya, bukan punyanya Aa, emang Eneng mau hidup merambat dari nol bersama Aa?" bujuk Dan sambil mengusap rambut Ria.

"Looh, itu kan hasil usaha Aa juga?" sergah Ria sembari melotot ke arah Dan, "minta bagian Aa, terus tinggalkan babi itu, kita bisa hidup dari nol, A'!" ujar Ria semangat.

Seulas senyum terukir di bibir merahnya. Dan tak berkutik, semua sudah menjadi bubur. Semua sudah terupload di sosial medianya. Kini seluruh sanak saudara, teman dan kolega istrinya sudah membaca postingannya.

Dan mengusap wajah kasar, lalu menghela napas berat. Dia sudah dibutakan oleh nafsu sesaat. Berawal ingin main-main dan bergaya pada teman-teman kumpulnya. Jika dia juga bisa seperti Ragil, Teddy dan Faiz, yang masih bisa bersenang-senang dengan wanita lain, di belakang istri mereka.

Dan tak mengerti lagi, bagaimana cara membujuk kekasihnya itu. Dia menarik napas dan pasrah pada apa yang akan terjadi nanti.

Kini dia menyesali, begitu terlena pada gadis itu, hingga membiarkannya mengambil hapenya dan mengutak-atiknya, hingga Ria memposting semua kegiatan haramnya di sosial media.

Telepon dari keluarga besar Rindu deras mengalir dengan sejuta cacian di hapenya. Sosial medianya juga dikomentari oleh seluruh orang yang mengenal istrinya itu.

Dan mengusap wajahnya kasar. Memandangi punggung istrinya, yang menghilang di balik pintu kamar untuk meletakkan bayi mereka di box-nya.

Tak lama Rindu muncul sembari menarik kopor besar dan sebuah map. Mata Rindu memandang wajah suaminya tajam. Dan tampak terkesimak sejenak, karena dia tak lagi melihat rindu dan cinta di dalam beningnya mata sang istri.

Tiba-tiba Dan merindukan tatapan hangat Rindu, dan usapan lembutnya di punggung saat pulang bekerja. Kini dia merasa sudah kehilangan sesuatu yang berharga itu.

"Kembalikan kunci, surat mobil, kartu ATM, kartu kredit dan pergilah dari sini bersama perempuan itu!" ujar Rindu dingin seraya mengangsurkan kopor dan menadahkan tangan kepada Dan.

"Eh, bagaimana bisa minta kunci mobil?" cegah Ria marah.

"Kamu, diam! Kamu pikir itu mobil siapa, hah? Mobilnya? Silahkan berjuang dapetin mobil sendiri ya, Nona, dari nol bersama pangeranmu ini!" sahut Rindu dengan tatapan sinis.

Rindu langsung menyambar kunci, STNK, kartu ATM dan kartu kreditnya yang disodorkan Dan dengan lesu. Diapun segera memberikan dengan kasar sebuah map besar pada Dan.

"Silahkan urus perceraian kita, kalo tak mau, aku yang akan maju sendiri, dengan semua bukti yang ada. Sekarang bawa wanita itu pergi dari sini, sebelum aku muntah melihatnya!" usir Rindu dengan kasar.

Dan menarik tangan Ria keluar dari rumah yang begitu banyak merubah hidupnya. Kini dia meninggalkan istri dan anak, yang begitu dicintainya, akibat kebodohan sendiri. Dan malu untuk memohon kesempatan lagi pada Rindu.

Apalagi Ria sudah begitu bertingkahnya saat di hadapan Rindu tadi. Kini Ria mulai kelihatan watak aslinya. Setelah Dan menyerahkan mobil dan kartu keuangan yang memang milik Rindu itu, Ria tampak memandang jijik pada Dan.Tak lagi semanis seperti kemarin.

Rindu tersenyum sumir, memandang kepergian Dan, yang tampak tak ragu itu. Rindu segera mengunci pintu dan menghembuskan napas lega. Mungkin ini pilihan yang sangat menyakitkan. Namun itu keputusan terbaik untuknya. Dan, bukanlah laki-laki yang tepat untuk dipercayai untuk menemaninya hingga akhir hidup.

Dan terlalu asyik dengan dirinya dan nafsunya. Dia tak bisa diberi tanggung jawab. Rindu tak ingin hidupnya selalu dirongrong rasa curiga, cemburu dan sakit hati. Apalagi kini sudah ada Ardi, bayi tampan, yang pastinya memerlukan seratus persen perhatian Rindu.

Rindu tak ingin, Ardi melihat kelakuan buruk ayahnya. Terlebih setelah dengan teganya Dan memfitnah anak itu sebagai anak haram. Rindu masih terima jika Dan memfitnahnya, tapi Rindu tak terima jika Dan menyakiti anaknya.

Tak sampai seminggu, Rindu membaca postingan Dan, yang mengatakan "Karma ternyata tak semanis kurma. Ria mencampakkan Dan, pergi bersama pria beristri yang lebih mampu memenuhi obsesinya menjadi nyonya besar, tanpa harus bersusah payah merambat dari nol.

Dan meratapi pilihannya, sedangkan Rindu melangkah maju ke depan bersama bayinya. Menyongsong masa depan dengan hati yang terbebas dari kerangkeng cinta. Hidupnya didedikasikan hanya untuk Ardi, putra semata wayangnya.

Tamat.
Jakarta, 23 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun