Mohon tunggu...
Eka FebrianaSaputri
Eka FebrianaSaputri Mohon Tunggu... Penulis - Love yourself

tersenyum adalah hal termanis ketika dilakukan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

It's Okay That Everything Will Feel Good

9 Februari 2021   21:47 Diperbarui: 9 Februari 2021   22:00 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/suriyanah14

"Oke, ayo ke kasir. Udah dapet nih." Ucapku sambil menarik tangan adit dan membawanya ke kasir. Setelah membayar buku, aku dan adit pergi menonton ke mall yang ada dekat sekitar toko buku itu.Setelah selesai, kami pun bergegas pulang karena waktu sudah malam.

"Makasih ya dit hati hati pulangnya." Ku lambaikan tanganku sambil tersenyum padanya.

Senin Pagi, aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah dan seperti biasanya aku selalu terburu-buru karena adit sudah menunggu depan rumah. Temanku yang paling baik hati, senyum manisnya yang indah menusuk kalbu. Tidak heran jika ia populer dikalangan wanita.

Bel berbunyi, kami pun berpisah karena beda kelas. Sesampainya dikelas, temanku menyapa dan aku hanya membalas dengan senyuman.

Aku ini tersisihkan karena terlalu pendiam dan introvert kepada teman-temanku. Tidak aneh jika mereka sering membicarakanku dibelakang. Meskipun begitu aku merasa tak apa karena aku tidak terganggu oleh itu meski sedikit aneh rasanya.

"Anak-anak tolong sebarkan surat ini kepada orang tua kalian. Sudah 2 minggu kalian libur, nilai sudah diolah maka hasilnya akan dibagikan pada orang tua." Ucap wali kelas mengawali pembukaan kelas.Pembelajaran pun berjalan seperti biasanya.

 Meskipun aku pendiam tapi prestasiku bisa dikatakan cukup baik. Dari sd hingga sma sekarang aku selalu memasuki peringkat kelas tapi tetap saja orang tuaku selalu membandingkan aku dengan anak lainnya yang lebih unggul. Bukan karena merasa tidak cukup, tapi bagaimana bisa bersyukur pada keadaan seperti itu?sangat sulit bagiku untuk menahan emosi, luka, dan kesedihan setiap kali dibandingkan dengan anak yang lebih unggul.

Sudah ku duga saat pembagian raport tiba aku memang bukan juara utama kelas tapi aku tetap masuk peringkat kelas. Hanya saja karena yang juara utama kelas adalah anak dari teman ayahku. Ya, bagaimana lagi aku mulai dibandingkan lagi dengannya. Bukannya tidak berpikiran baik, hanya saja diri ini sudah usaha semaksimal mungkin, berdoa sekuat mungkin agar bisa diberi hasil lebih baik.

Malam yang sunyi ku matiin lampu kamarku dan mengunci pintunya. Bukan ingin tidur,namun rasanya kesunyian dan kegelapan malam membuatku lebih tenang atas apa yang telah aku rasakan. Mengingat kembali rasanya sangat menyakitkan, setiap usahaku hanya terbalaskan dengan setiap kata-kata yang membuat hati ini sedih. Padahal diri ini sudah berusaha semampu mungkin.

Tanpa ku sadari perlahan setetes demi setetes mulai membasahi pipiku.

"Ayo kamu kuat putri jangan nangis jangan nangis plis... Oke gapapa semangat, pasti bisa put!" Ucapku supaya tetap berusaha tegar. Namun tetap saja, tetesan air mata ini mengalir sangat deras tak terhentikan hingga tersedu-sedu. Ku peluk erat guling dan meluapkan seluruh emosiku pada malam itu. Pedih sekali, sakit sekali namun tidak ada tempat untuk ku lepaskan semua duka yang sedang aku rasakan. Rasanya malam itu aku sangat membenci semua orang termasuk diriku sendiri. Apa yang sebenarnya salah dari diri ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun