Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Butir- Butir Kerinduan (10)

23 Mei 2022   19:27 Diperbarui: 23 Mei 2022   19:43 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Joko Dwiatmoko

Kenikmatan itu membahagiakan, namun tidak selamanya kenikmatan berbuah rasa manis, kadang malah muncul kepahitan setelah mencecap nikmat. Sebaliknya kepahitan itu bukan berarti mengantar manusia menikmati sengsara, seringkali kepahitan hanya sesaat(meskipun menyakitkan) namun rasa manis jauh lebih lama dirasakan.

Apakah kerinduan itu juga sebuah kepahitan. Bertahun-tahun menahan rindu, bertahun-tahun hanya mengenang, sementara kadang ada terbersit ingin mengakhiri rindu dengan menemui mereka yang membuat kita kangen. Entah alam, entah makanan, entah masa lalu, entah mantan kekasih, entah teman-teman yang menyebalkan namun yang membuat butir-butir kerinduan begitu terus menetes.

Aku melihat senyuman mantan, melihat senyum rindu orang tua, merangkulnya dan kemudian membenamkan diri dalam hasrat rindu yang tidak terkatakan. Entah tidak peduli bintang tenggelam oleh luapan kebahagiaan, entah karena ada getar-getar cinta yang muncul kembali.

Bagaimana jika ternyata selalu ada bayangan cinta pertama yang membuat sebuah dorongan sekali-sekali menapaki nostalgia ketika cinta beradu.

***

Marsih, tengah melamun, ada raut sedih muncul dari raut mukanya yang sebetulnya manis, Ada tatapan kosong yang mengisi kilatan matanya. Apakah karena aku. Apakah karena cinta yang hanya sesaat, memabukkan namun melenakan. Sementara ia sebetulnya tengah dalam puncak kebahagiaan karena sang kekasih selalu memberinya cinta meskipun tanpa harus membuat ia terjerembab dalam lembah dosa. Namun kadang ada naluri yang mengiringnya untuk menikmati sentuhan-sentuhan, seperti melayang dan terjebak oleh suasana sehingga kadang ia pasrah jika ada tangan kekar dari kekasihnya semakin mendorongnya untuk menikmati getaran-getaran aneh yang membuat ia lupa bahwa ia mempunyai tubuh berharga yang harus dilindungi.

Ia tidak harus terlenakan oleh kenikmatan, karena kata orang tuanya kenikmatan itu sesaat, sisanya adalah kepahitan tanpa batas. Ia sering mendengar lelaki hanya semangat ketika tengah memetik madu pasangannya, sementara ketika bibit cinta telah berbenih, perempuan hanya menangis penuh penyesalan.

"Sedih itu bukan kebiasaanmu Marsih?"

" Setelah kupikir , benarkah jalinan cinta kita bisa menyatu dalam waktu lama ya Mas?"

"kamu, ragu dengan hubungan kita?"

"Sepertinya aku harus mulai berjarak dengan Mas Darmin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun