Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Di Balik Pagar Itu, Anakku Bertumbuh

27 Mei 2025   19:10 Diperbarui: 29 Mei 2025   10:19 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunda,

Hari ini aku baru saja menyelesaikan latihan baris-berbaris dengan teman satu regu. Kami dipilih untuk tampil di upacara penutupan nanti. Rasanya campur aduk, Bunda. Aku yang dulu ogah berdiri lama saat upacara sekolah, sekarang justru jadi salah satu pemimpin regu.

Kami juga belajar banyak hal di luar fisik: tentang kebersamaan, hormat, dan tanggung jawab. Ada sesi malam renungan dua hari lalu. Gelap, hanya diterangi lampu senter kecil. Kami diminta menuliskan satu hal yang paling kami sesali dan ingin perbaiki. Aku menulis satu kalimat: "Terlalu sering menyepelekan perhatian Bunda."

Kak Dewa, salah satu pelatih kami, bilang, "Anak muda yang tahu memeluk penyesalan dengan jujur akan tumbuh jadi pemimpin." Aku gak tahu apakah kelak aku akan jadi pemimpin, tetapi, yang pasti, aku ingin jadi anak yang lebih baik.

Kalau nanti pulang, jangan kaget kalau aku bangun lebih pagi, ya. Salam untuk Ayah dan anabul cantik kita, si Putih.

Rindu tak terkira,
Niko

Membaca surat dari Niko membuat dadaku sesak sekaligus hangat. Anak yang dulu selalu aku ingatkan untuk membereskan kamar, kini menulis tentang disiplin dan kerja sama. 

Ternyata, keputusanku melepasnya ke Dodik Bela Negara bukan hanya keputusan yang tepat, tetapi juga hadiah bagi dirinya sendiri. Betapa waktu, tempat, dan ketidakhadiran bisa menjadi cermin bagi jiwa muda seperti Niko untuk mengenali dirinya sendiri.

Aku tak lagi membayangkan tempat ini sebagai barak yang keras dan menakutkan. Justru dari balik pagar-pagarnya, anakku---anak-anak bangsa---ditempa bukan hanya fisiknya, tetapi juga jiwanya. Bukan untuk menjadi prajurit, tetapi untuk menjadi pribadi tangguh, yang tahu caranya menghargai kehidupan dan orang lain.

Kini, setiap malam sebelum tidur, aku tak hanya mendoakan keselamatan Niko, tetapi juga tumbuhnya kesadaran bagi banyak orang tua lainnya; bahwa pendidikan karakter bisa datang dari mana saja, selama ada niat untuk tumbuh dan cinta yang tak pernah berhenti mengantar kepergian mereka.

Terkadang, sebagai orang tua, kita berpikir bahwa kita perlu selalu berada di dekat anak agar nilai-nilai baik tertanam, tetapi nyatanya, ada ruang yang justru memperkuat pelajaran hidup: ruang tanpa kita, tempat di mana mereka belajar berdiri dengan kaki sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun