3. Moralitas Muhammad sebagai Integrasi
Jika kita sandingkan dengan kedua teori modern ini, terlihat jelas bahwa moralitas Muhammad bukan hanya "tinggi" dalam ukuran psikologi perkembangan, tetapi juga integratif. Beliau menggabungkan:
Moralitas universal (justice, fairness, rule of law).
Moralitas relasional (care, empathy, compassion).
Dalam bahasa hari ini, kita bisa menyebut moralitas beliau sebagai holistic moral intelligence: kecerdasan moral yang mencakup prinsip dan rasa, hukum dan cinta, keadilan dan kasih sayang.
Inspirasi untuk Masa Kini
Apa artinya bagi kita hari ini?
Dunia modern sering kali terjebak dalam kutub ekstrem: ada yang hanya bicara hukum kaku tanpa hati, ada yang hanya bicara kasih sayang tanpa keadilan. Muhammad menunjukkan jalan tengah: hukum yang adil, sekaligus hati yang penuh cinta.
Dalam pendidikan moral, kita belajar bahwa menumbuhkan moralitas "ala Muhammad" berarti mengajak anak bukan hanya taat aturan, tetapi juga peduli sesama. Bukan hanya berbicara soal keadilan, tetapi juga soal empati.
Dengan cara ini, moralitas Nabi Muhammad tidak hanya relevan dalam dunia teologi, tetapi juga menjadi model yang dikonfirmasi oleh teori moral modern. Ia adalah teladan manusia yang mencapai puncak perkembangan moral, bahkan melampaui kerangka teori itu sendiri.
Membangun Pendidikan Moral ala Muhammad