Mohon tunggu...
Dimas Syaiful Amry
Dimas Syaiful Amry Mohon Tunggu... Konsultan Pendidikan Alternatif

Pengasuh di Sanggar Perdikan, sebuah wadah belajar bersama pada pendidikan, pengasuhan, dan pemberdayaan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moralitas Muhammad: Cermin Kemanusiaan yang Sempurna

5 September 2025   05:08 Diperbarui: 5 September 2025   05:08 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat beliau menolak kompromi Quraisy yang menawarkan kekayaan dan kekuasaan asal berhenti berdakwah, itu bukan keputusan berdasarkan norma sosial (yang justru mendesak beliau menyerah), melainkan prinsip universal: tauhid dan keadilan tidak bisa ditukar dengan materi.

Saat beliau menegakkan hukum terhadap kerabat sendiri, itu mencerminkan moralitas universal yang mengatasi loyalitas kesukuan.

Saat beliau memaafkan musuh dalam Fathu Makkah, itu adalah puncak moralitas post-konvensional: memilih rekonsiliasi atas dasar prinsip kemanusiaan, bukan demi keuntungan politik.

Dengan bahasa Kohlberg, moralitas Nabi sudah melampaui hukum sosial jahiliyah dan bahkan melampaui norma konvensional masyarakatnya. Beliau hidup dalam horizon moralitas universal.

2. Gilligan dan Etika Kepedulian Nabi

Carol Gilligan, murid sekaligus pengkritik Kohlberg, menambahkan dimensi lain: ethics of care (etika kepedulian). Ia menekankan bahwa moralitas tidak hanya soal prinsip keadilan universal, tetapi juga soal kasih sayang, empati, dan relasi.

Moralitas Nabi justru memadukan keduanya.

Keadilan beliau tegakkan tanpa pandang bulu.

Kasih sayang beliau tebarkan bahkan pada musuh yang menyakitinya.

Contoh kecil yang indah: ketika seorang anak kecil bersedih karena kehilangan burung peliharaannya, Nabi datang menghiburnya. Itu bukan tindakan hukum, bukan pula politik---melainkan kepedulian tulus yang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan.

Dengan teori Gilligan, kita bisa melihat bahwa Muhammad menghidupi ethics of justice sekaligus ethics of care. Inilah yang membuat moralitasnya seimbang: tegas dalam prinsip, lembut dalam relasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun