Mohon tunggu...
Dian Triana
Dian Triana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Tugas, semangat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisahku

9 November 2021   22:29 Diperbarui: 9 November 2021   22:33 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah memilih, hatta membeli 2 roti gombang kesukaan nya, roti pisang dan roti tawar untuk keluarga di rumah, sedangkan Tan membeli 4 roti coklat kismis berukuran sedang " Tan kenapa beli banyak sekali, untuk siapa" Tanya Hatta " Tan beli untuk tan sendiri kakek, di rumah tidak ada roti seperti ini, yang ada itu hanya roti tawar, Tan kan suka roti ini" Jawab Tan. Hatta pun mengelus ngelus rambut cucu nya itu dengan gemas. 

Setelah membeli roti yang cukup banyak, Hatta dan cucu nya pun pulang kembali ke rumah nya, mobil di simpan di halaman depan, dan roti ia simpan di dapur agar dipotong potong oleh istrinya " Ibu, tolong potongan roti gombang ini untuk bapa, nanti simpan di depan ya" Perintah nya kepada sang istri, " Iya pak, Tan sini nenek bukakan rotinya" Jawab sang istri. 

Hatta pun pergi ke halaman depan rumah nya sambil membawa teh di gelas hijau yang selalu iya gunakan, di letakan lah teh itu di meja yang berada di samping nya , di depan tidak seramai pagi tadi karena orang orang sedang sibuk beraktivitas, " Pak ini" Kata sang istri meletakan roti yang baru ia potong tadi " Terimakasih bu" Jawab nya. 

Di meja itu ada satu foto kenangan, saat iya dan sahabat dekat nya yang kini sudah tidak bisa iya lihat lagi, sedang berdiri gagah di depan ratusan orang, dan tentu saja ia sangat merindukan sahabat seperjuangan nya itu " Bung, sudah lama sejak kau tiada, banyak sekali yang kita lakukan bersama untuk negeri ini bukan, rasanya baru kemarin aku mengenal mu sebagai pemimpin dari sebuah organisasi mahasiswa, sekarang semua orang mengenal mu sebagai seorang pemimpin negara"

........ 

Nilai - nilai sekolah ku di HBS baik, bahkan lebih baik dari siswa siswa Belanda yang lain. Di JSB pun aku tetap di andalkan, dan semakin lama aku di JBS semakin banyak juga ilmu politik yang aku dapatkan, dan aku pun semakin tertarik dengan dunia politik. Dan ini menjadi titik awal ku untuk terjun ke dunia politik kelak. 


Setelah selesai di HBS, perjalanan sekolah ku tidak berhenti, setelah lulus dengan nilai yang memuaskan aku masuk ke Prins Hendrik School atau sekolah tinggi dagang, aku memperdalam ilmu perekonomian ku disini. Biaya ku sekolah disini sepenuhnya nya di tanggung oleh Mak Etek Ayub , dari mulai dari biaya sewa kawar, biaya membeli buku dan biaya lainnya. Mak Etek ini kenalan kelurga ku, ia seorang pedagang dari Fort de Kock, sama dengan ku. 

Setelah daftar di PHS, aku banyak membeli buku membeli buku ,aku membeli buku ke toko Kolff & Co, lalu ke toko Visser & Co untuk mencari buku yang belum ku dapatkan dari toko toko sebelumnya. Setelah membeli beberapa buku yang aku cari aku pun membeli beberapa roti untuk Mak Etek sebelum pulang. 

" Mak, ini Hatta" Sambil mengetuk pintu rumah bernuansa putih dan krem itu, lelaki paruh baya yang membayar semua keperluan ku itupun membuka pintu rumah nya " Sini Hatta masuk" . Aku pun masuk ke rumah nya sambil menyimpan roti untuk nya di meja " Hatta tidak akan lama mak, hatta harus pulang lagi ke asrama, hendak bersiap untuk mulai masuk PHS besok", kata ku, " Besok kah sudah mulai sekolah mu Hatta, cepat sekali. Jangan hiraukan orang yang memandang rendah dirimu mengerti, karena aku tau kamu lebih tinggi dari mereka" Jawab Mak etek memberi motivasi untu ku. " Ya sudah ya Mak, aku pergi dulu, rotinya dimakan ya, ini pakai uang ku sendiri tau, sudah ya, assalamu'alaikum " , " Waalaikumsalam " Jawab Mak Etek. Aku pun pulang ke asrama sekolah ku. 

Keesokan pagi nya hari yang ku tunggu, hari dimana aku masuk ke PHS, Sekolah Dagang yang di impikan aku dan keluargaku. Sekolah dengan dinding berwarna putih dan atap berwarna itu ada di depan ku sekarang, sedikit sekali siswa asli Hindia Belanda seperti ku, kebanyakan siswa Belanda bahkan sangat banyak, dan sisanya siswa Indo, dan seperti yang aku bilang sedikit sekali siswa seperti aku asli Hindia Belanda. 

      Di PHS, aku menemui cara pembelajaran yang berbeda dari cara belajar di sekolah sekolah ku sebelumnya. Disini aku tidak mempelajari semua mata pelajaran yang ada, karena disini pelajaran dipusatkan di perekonomian dan perdagangan. Aku pun semakin banyak membeli buku terutama tentang perekonomian dan perdagangan. Mulai dari situ perkenalanku degan buku dimulai, sebab sebagai seorang murid sekolah dagang ia harus mempelajari banyak hal dan juga ditambah dengan perannya di pergerakkan pemuda mengharuskannya membaca buku dan memperluas wawasannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun