Mohon tunggu...
Dian Triana
Dian Triana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Tugas, semangat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisahku

9 November 2021   22:29 Diperbarui: 9 November 2021   22:33 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Bung, apakah kalian sudah tahu tentang Jepang sudah menyerah kepada sekutu" , tanya Chaerul Saleh , " Sudah, kami pergi ke Dalat untuk menemui Jendral nya langsung, memang kenapa? " Tanya ku balik kepada para golongan muda. " Kenapa kalian tidak memberitahu kami? Apakah kami tidak penting bagi bangsa ini? Apakah karena kalian lebih tua jadi kalian bisa memutuskan semuanya secara sepihak?" Emosi Sukarni meluap - luap. " Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!" kata Chaerul Saleh . Bahkan dia juga menyakinkan kami semua bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. " Kita harus segera merebut kekuasaan!" tukas Sukarni berapi-api." Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!" seru mereka bersahutan .      

Tiba-tiba seseorang berbicara dengan lantang " Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari," ucap Wikana. Semua orang terkejut, aku yang sudah menahan amarah dari tadi hendak menjawab ucapan mereka tapi Soekarno lebih dulu mengeluarkan amarahnya, ia langsung berdiri dan menghampiri Winaka sambil berkata ." Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!" Sejenak suasana pun mencekam, semua orang merasa tegang. 

" Kalian pikir kemerdekaan ini gampang untuk dilaksanakan? Semuanya butuh persiapan tidak bisa kalian seenaknya datang kemari langsung bertindak seenaknya seperti ini" Kata ku pada mereka yang diam kikuk. " Setidaknya kita harus menunggu dulu kabar dari Jepang, lebih baik kota menunggu hingga tanggal yang telah mereka janjikan, kita pun harus mempersiapkan segalanya, tidak bisa terburu buru seperti ini " Lanjut Soekarno sambil menepuk pundak Wikana. 

" Sudah lah, yang kami inginkan hanya kemerdekaan, harusnya kalian mengerti, bagaimana perasaan semua rakyat yang telah menanti nanti kebebasan ini" Ucap Chaerul Saleh, merekapun pergi meninggalkan tempat ini tanpa menoleh sekali pun. 

Jam 3 dini hari, ketika kami sedang beristirahat pintu rumah tempat perkumpulan kami terbuka, aku yang sedang terbangun hendak menutup pintu tiba-tiba satu tangan menyergap ku. " Bung, ikutlah dengan kami" Ucap orang itu sambil menundukan kepalanya " Aku tahu kau siapa, chaerul tahukah kamu sedang melakukan apa? " Tanya ku dengan tenang, " Aku tau, aku tahu, sekarang Bung hanya perlu mengikuti kami saja, mengerti "

Aku dibawa dengan Soekarno entah kemana, pagi pagi buta didalam mobil berisikan aku, Soekarno dan 3 orang lain nya. " Kenapa kalian membawa kami? " Tanya Soekarno dengan tenang " Tunggu kita sampai Bung, baru kita bicarakan semuanya" Jawab Winaka. 


Kita pun sampai di sebuah rumah kayu berwarna putih dan hijau, mungkin sekarang sudah jam 5 pagi, karena cahaya matahari mulai terlihat. " Masuk lah Bung" Salah seorang dari mereka membukakan pintu. Kami pun duduk melingkar di atas meja bundar dengan keadaan yang aku sendiri tidak memahaminya. 

" Bung, kalian tidak boleh berfikir lagi Bung, kita merdeka karena diri kita sendiri, bukan pemberian dari Jepang, tidak perlu menunggu lagi perintah Jepang untuk memerdekakan Negara kita " Ucap Sukarni dengan tegas. " Bung berdua fikirkan lah lagi permasalahan ini, demi negeri kita" Lanjut Chaerul menimpali. Mereka bertiga pun pergi meninggalkan aku dan Soekarno berdua di rumah ini. Untung nya kita para golongan tua telah berunding tentang kapan tepatnya akan diumumkan kemerdekaan. 

Aku dan Soekarno berada disini hingga sore hari, blm ada kabar apapun dari pusat yang membuat kami tetap pada pemikiran kami masing masing. " Menurutmu apakah mereka sudah mengambil kesepakatan? " Tanya Soekarno kepadaku. " Aku pun tidak tahu Bung, sampai sekarang tidak ada yang menjemput kita, apa artinya itu? Bukan kah artinya mereka masih merundingkan itu" Jawab ku, aku pun bingung dengan situasi sekarang, karena semuanya tidak seperti aku dan Soekarno harapkan. 

Beberapa jam pun berlalu, akhirnya Ahmad Soebardjo menjemput kita berdua untuk kembali ke Jakarta, dia mengatakan bahwa golongan muda dan golongan tua telah mencapai kesepakatan bahwa kemerdekaan akan dilaksanakan besok pagi, dan kamipun segera berangkat ke Jakarta, untuk menyiapkan kemerdekaan yang akan dilaksanakan besok. 

Setelah kita sampai di Jakarta, kita langsung pergi ke rumah Laksamana Maeda, sesampai nya disana kita menemui Maeda dan Miyosi , lalu aku dan 4 orang lainya langsung berangkat ke rumah Mayjen Otoshi Nishimura untuk membicarakan tentang rapat PPKI. Namun, setelah sampai disana dan menanyakan berbagai hal, kamipun mendapatkan jawaban bahwa Mayjen Nishimura tidak dapat membantu apapun lagi untuk kita, langsung saja setelah mendengar kabar tidak mengenakan itu, kami segera kembali ke rumah Maeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun