Di mangkuk kayu masih tersisa bayangan ibu.
Aroma tangannya melekat di remah terakhir.
Anak-anak itu mengunyah sunyi yang ia tinggalkan,
merasa kenyang oleh air mata.
Di desa itu, angin bertiup pelan,
takut mengganggu keheningan.
Di kota, Mao berbicara di podium:
"Revolusi kita,
revolusi oleh rakyat, dengan rakyat,
untuk rakyat!"
Di sudut desa yang terlupakan,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!