Sedangkan aku, menahan dosa agar tidak mendekatiku. Kepalaku berdarah. Terbuang begitu saja. Seandainya nyamuk-nyamuk itu berada didekatku saat ini mungkin mereka akan kekenyangan dan tidak akan mencari makan selama beberapa abad. Mereka bukan membusungkan matanya tetapi perutnya. Tetapi mereka sudah tidak berbuat dosa lagi, karena semalam mereka berbaring bersamaku di atas atap rumahku dengan menyebut nama ayat itu.
Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini? Rakyat atau pemerintah. Dosa siapa yang sudah terlebih dahulu dibiaskan oleh cahaya itu? Aku kelimpungan untuk menjawab semua pertanyaan malaikat. Karena aku belum bertemu dengan ayat itu. Yang biasa memberikan saran untuk setiap bicaraku. Sekarang aku meninggalkan orang-orang ini untuk membantu mengurangi dosanya. Kemana aku harus mencari ayat itu. Ke atap rumahku sendiri. Tetapi rumahku sudah merata dengan bumi.
"Badar, kau harus menolong mereka."
"Caranya bagaimana?" keluhku.
"Cari ayat itu. Segera."
"Sekarang."
Aku harus mencarinya ke mana. Aku biasa bertemu dengannya di atas atap rumahku. Lalu aku harus berbaring di mana sekarang. Di atas puing-puing rumahku. Sebenarnya ada tempat lain yang pernah aku jadikan tempat pertemuan dengan ayat itu. Di dalam mesjid. Tetapi aku tidak merasa tenang jika pertemuan dengan ayat itu di dalam mesjid. Aku akan mencoba mencarinya di tempat itu. Mungkin ayat itu bersembunyi di sana. Karena tempat itu merupakan perkumpulan dari ayat-ayat lain. Makanya akan sedikit susah mencari ayat itu di dalam mesjid.
"Lekaslah, Badar. Sebelum semuanya terlambat."
"Tetapi orang-orang ini...?"
"Mereka masih banyak orang lain yang mengurus. Para relawan. Para hartawan. Para ilmuwan."
"Para pejabat?'